Jakarta (ANTARA News) - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) membantah telah mengeluarkan pernyataan bahwa pilot dan co-pilot pesawat Garuda GA-200 terlibat cekcok sehingga pesawat gagal landing dan terbakar di Bandara Adisutjipto, Yogyakarta, beberapa waktu lalu. "Tak ada pernyataan itu. Ngarang mereka," kata Ketua KNKT Tatang Kurniadi menjawab pers di Jakarta, Senin. Sebelumnya diberitakan, Tatang kepada salah satu televisi swasta, Nine Network mengatakan, "Saya kuatir kecelakaan itu terjadi karena hilangnya kontrol dari ruang kokpit (karena pertikaian)." Tatang menyebut, dalam rekaman audio di ruang kokpit terdengar pilot dan kopilot berdebat soal kecepatan dan sudut kepakan sayap beberapa saat sebelum melakukan pendaratan yang gagal itu. Tatang menjelaskan, fakta percakapan pilot dan co-pilot adalah bagian dari penyelidikan yang akan dituntaskan untuk sementara dalam dua-tiga minggu mendatang. "Prosedurnya (percakapan pilot dan co-pilot), tak akan pernah keluar dari KNKT, termasuk percakapan pilot dengan ATC (pengatur lalu lintas udara) sesaat sebelum mendarat," katanya. Namun Tatang mengakui adanya fakta bahwa pesawat GA-200 tersebut mendarat tidak normal yakni "overshoot" atau mendarat di tengah landasan dan hal ini diduga juga "overspeed" (terlalu cepat). "Namun ini tak berarti hasil dari kesalahan koordinasi dan komunikasi," katanya. Tatang juga menegaskan, fokus penyelidikan untuk mencari dugaan penyebab kecelakaan itu antara lain, manajemen sumberdaya kru pesawat (crew resources management/CRM). "CRM juga meliputi perilaku manajemen, perhatian manajemen, manajemen risiko dan manajemen stress," kata Tatang. Terbakarnya pesawat GA-200 yang menimbulkan korban tewas 21 orang itu sejak investigasi awal oleh pihak kepolisian sempat diduga karena kelalaian manusia (human error), tetapi belakangan hal itu dibantah. Pilot GA-200 adalah Kapten Pilot M. Marwoto Komar memiliki 15 ribu jam terbang, sedangkan co-pilotnya, Gagam Saman dengan 2000 jam terbang.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007