Jakarta (ANTARA News) - Produksi minyak dan kondensat Indonesia hingga 28 Maret 2007 tercatat hanya sebanyak 966.449 barel per hari (bph) atau masih di bawah target APBN sebesar 1,05 juta bph. Deputi Operasi Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas), Dodi Hidayat, sebelum pelantikan dan pemberhentian pejabat BP Migas di Jakarta, Senin, mengungkapkan produksi tersebut terdiri dari minyak 851.719 bph dan kondensat 114.730 bph. "Masih banyak masalah operasi di lapangan, sehingga produksi belum mencapai target APBN," katanya. Ia menyebutkan produksi Lapangan Belanak milik ConocoPhillips yang ditargetkan mencapai 19.000 bph, hanya tercapai 12.000 bph atau kurang 7.000 bph dari target. Produksi lapangan itu berkurang karena "train" satu sedang diperbaiki, sedang kilang kedua harus diganti, yang membutuhkan waktu lama dalam pengadaannya. Menurut Dodi, harus dicari banyak lapangan dengan cadangan besar melalui kegiatan eksplorasi guna meningkatkan kapasitas produksi minyak. "Jangan hanya mengandalkan Blok Cepu saja," katanya. Ia mengatakan lapangan baru berskala kecil hanya cukup menutup penurunan produksi yang ada. Namun, BP Migas tetap optimistis produksi minyak 2007 akan mencapai target APBN. Deputi Perencanaan BP Migas, Achmad Luthfi, mengatakan pada tahun 2007, ada penambahan produksi minyak dari Ujung Pangkah Phase 2 milik Hess, Chevron dari North Duri, Blok Natuna milik ConocoPhillips, dan PT Energi Mega Persada dari Sepanjang. "Selain itu, sekarang ini baru bulan Maret, jadi masih ada sembilan bulan lagi guna mencapai target APBN," ujarnya. Presdir Chevron Pacific Indonesia (CPI) Suwito Anggoro mengatakan, produksi minyaknya mengalami penurunan 7-8 persen pada tahun ini dibandingkan 2006. "Namun, penurunan sebesar itu harus dicapai dengan kerja keras dan investasi yang besar," katanya. Menurut Suwito, saat ini, produksi CPI mencapai 415.000 bph atau masih sesuai target produksi tahun ini. Tingkat produksi tersebut mengalami penurunan dibandingkan tahun 2006 yang mencapai 445.000 bph. Ia mengatakan kalau lapangan yang ada tidak dilakukan penanganan, maka penurunan produksinya bisa antara 15-20 persen. Lapangan yang dimiliki CPI, tambahnya, sudah berusia tua, sehingga tidak bisa diandalkan dalam meningkatkan produksi. (*)
Copyright © ANTARA 2007