"Saat ini kita hanya bisa menumpuk sampah dengan ketinggian bisa mencapai 25 meter dari kondisi maksimum ketinggian 15 meter," kata Kepala Dinas Kebersihan Kota Bekasi Abdilah di Bekasi, Sabtu.
Menurut dia, kondisi itu memang rawan terjadi longsor, bahkan memakan korban jiwa bagi pemulung atau warga yang tertimbun longsoran sampah.
Untuk itu pihaknya telah menempatkan petugas agar sejumlah zona terlarang tidak dimasuki oleh warga.
Abdilah mengatakan, penumpukan sampah itu merupakan cara terbaik saat ini untuk mengatasi krisis lahan yang ada di TPA tersebut.
Dikatakan Abdilah, sampah hasil produksi rumah tangga yang setiap harinya dibuang ke TPA Sumurbatu mencapai 1.500 ton dengan bermacam jenis organik dan nonorganik.
Menurut dia, zona V dan IV saat ini sudah tidak dapat lagi menampung sampah, sedangkan I dan III sudah tidak bisa dioperasionalkan akibat kapasitas tampung yang sudah melebihi ketentuan.
"Belum ada cara selain kita lakukan peninggian atau trap sampah yang sudah ada," katanya.
Dia mengakui, upaya tersebut perlu segera diperbaiki sambil menunggu proses perluasan lahan TPA rampung dikerjakan.
"Saya akui jika saat ini harus segera dilakukan penambahan lahan di TPA milik Kota Bekasi. Saat ini prosesnya sedang berjalan," katanya.
Secara terpisah, Ketua Komisi A DPRD Kota Bekasi mendesak agar tim peluasan lahan TPA Sumurbatu segera melakukan pembelian lahan demi perluasan area.
"Kerjanya harus fokus karena menyangkut kebutuhan masyarakat untuk lahan pembuangan sampah," katanya.
Menurutnya, kecakapan tim percepatan perluasan TPA sangat dibutuhkan.
"Segera mungkin lakukan penambahan lahan. Jika ditunda, Bekasi bisa banjir sampah, apalagi proses izin pembuangan sementara ke TPST Bantargebang (milik DKI Jakarta) belum selesai," katanya.
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016