Denpasar (ANTARA News) - Sejumlah wisatawan mancanegara tertarik belajar memainkan instrumen tradisional Bali (gamelan) yang mengiringi pementasan tari saat mereka menikmati liburan di Pulau Dewata.
"Dengan demikian kunjungan mereka ke Bali, berfungsi ganda, yakni sebagai pelancong serta belajar tabuh dan tari bali," tutur Ketua Sanggar Tri Pusaka Sakti Batuan, Gianyar, I Nyoman Budi Artha, SSn, MSi, di Denpasar, Senin.
Ia mengatakan wisatawan mancanegara yang tertarik pada seni dan budaya Bali awalnya hanya coba-coba, namun lambat laun mengarah menjadi profesional, seperti halnya perkumpulan kesenian "Bali Sekar Jaya" di Amerika Serikat dan "Sekar Jepun" di Jepang.
Sebanyak delapan wisman yang terdiri atas lima warga negara Jepang dan tiga dari Amerika Serikat belajar tari bali selama liburan dua minggu di Bali.
Budi Artha menjelaskan wisman yang memiliki semangat dan kesungguhan mendalami tabuh dan tari bali belajar selama tiga sampai empat jam per hari, dalam kurun waktu dua minggu cukup mampu mengenal dasar-dasar gamelan dan tari bali.
"Mereka di negaranya memang berprofesi sebagai seniman atau pelaku teater dan keahliannya dikombinasikan dengan penguasaan tabuh dan tari Bali," ujar Budi Artha yang juga alumnus Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar yang mengelola sanggar tabuh dan tari bali di tempat kelahirannya, sekitar 15 km timur Denpasar.
Budi Artha, seniman muda yang kreatif menggarap kreasi baru, baik tabuh maupun tarian itu, mendidik seniman-seniman asing yang tertarik belajar tabuh dan tari bali, di samping mencetak generasi muda Bali untuk mendalami warisan seni budaya leluhurnya.
"Selama dua minggu turis belajar di Bali cukup mampu menguasai dasar-dasar tari dan tabuh, kemampuan itu kembali disempurnakan saat berlibur ke Bali tahun berikutnya.
Setiap bulan ada saja wisatawan mancanegara yang belajar tabuh dan tari bali, seiring dengan jumlah kunjungan turis ke Pulau Dewata, kata Budi Artha yang sering memimpin tim kesenian Bali mengadakan lawatan ke mancanegara.
Ketua Sanggar Bona Alit Gianyar, Anak Agung Alit, juga mengungkapkan hal senada, bahwa wisatawan mancanegara yang mempunyai latar belakang penguasaan di bidang seni, selain belajar tabuh dan tari Bali juga sering melakukan pementasan bersama dengan seniman lokal.
Kolaborasi memadukan kedua unsur dari seni yang berbeda, meskipun persiapannya cukup singkat, yang dilakukan menjelang turis itu meninggalkan Bali.
Kegiatan kolaborasi itu, biasanya berlanjut saat seniman dari luar negeri tersebut kembali lagi berkunjung ke Bali, seperti yang dilakukan oleh 20 mahasiswa dan dosen dari Universitas Seni Hongkong (Hongkong University Of Art).
Mereka pernah mengadakan kolaborasi di Banjar Bono, Gianyar, dengan didukung seniman dari lima sanggar tabuh dan tari di Gianyar. Hal yang sama juga pernah dilakukan mahasiswa asing yang sedang mendalami olah tabuh dan tari bali di Institut Seni
Indonesia (ISI) Denpasar.
Mereka memadukan unsur musik maupun tari yang satu sama lainnya saling berbeda, namun dengan kemasan sedemikian rupa menjadi pementasan yang cukup unik dan menarik, hingga mampu menarik perhatian masyarakat penonton.
Selain itu 17 seniman asal Jepang, Amerika Serikat bersama sekitar 150 seniman Bali pernah melakukan pergelaran kolaborasi seni bertajuk "Fajar Kreasi", menampilkan perpaduan antara seni budaya Bali, Jepang dan Amerika. (*)
Copyright © ANTARA 2007