Dhaka, Bangladesh (ANTARA News) - Bangladesh menutup puluhan layanan berita online termasuk media pro-oposisi, ungkap pejabat negara itu, Jumat, yang kemudian memicu tuduhan penyensoran yang dilakukan pemerintah.
Kepala regulator telekomunikasi nasional mengatakan dirinya memerintahkan penutupan itu pada Kamis malam, mengutip terdapatnya "beberapa konten yang tidak menyenangkan".
"Kami telah menutup 32 portal berita dan situs web setelah instruksi dari badan intelijen," ungkap Ketua Komisi Telekomunikasi dan Regulasi Bangladesh (Bangladesh Telecommunications and Regulatory Commission (BTRC), Shahjahan Mahmood, kepada AFP.
Dia mengatakan daftar tersebut melibatkan Sheershanews.com, situs terkenal dengan peliputan beritanya yang cepat, dan amardeshonline, portal berita yang dikaitkan dengan harian pro-oposisi Bengali yang pernah ditutup oleh pemerintah pada 2013.
Aksi penutupan itu dilakukan setelah pemerintah melarang peliputan langsung serangan ekstremis setelah serangan mematikan di sebuah kedai kopi bulan lalu yang menewaskan 22 orang, termasuk 18 warga asing.
Perdana Menteri Sheikh Hasina secara terbuka mengkritik peliputan serangan itu dan mengatakan kepada lembaga penyiaran swasta agar lebih bertanggung jawab.
Kepala Sheershanews, Ekramul Hoque, mengaku terkejut dengan tindakan tersebut yang menyebabkan sekitar 100 wartawan kehilangan pekerjaan mereka.
"Kami pikir itu adalah serangan langsung terhadap kebebasan pers negara. Pemerintah mematikan organisasi berita yang mereka tidak suka. Mereka ingin mengontrol media," kata Hoque.
"Dengan menutup portal berita ini, pemerintah sedang mengirim pesan yang jelas kepada semua perusahaan media bahwa mereka tidak akan mentolerir setiap organisasi berita yang tidak mengikuti aturan mereka," tambahnya.
Penerjemah: Monalisa
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016