Penelitian itu dilakukan menggunakan data pelaporan mandiri dari 307.354 responden yang diminta mengisi kuesioner, termasuk 75.607 orang melaporkan telah didiagnosis menderita depresi pada beberapa titik dalam hidup mereka.
Para peneliti menganalisis data itu dan berusaha menemukan polimorfisme nukleotida tunggal (Single Nucleotide Polymorphisms/SNPs) atau penyimpangan pada titik-titik tertentu dalam genom yang sama-sama dimiliki oleh subyek depresi saja. Mereka total menemukan 17 SNPs independen semacam itu dari 15 daerah.
Hasil penelitian itu dapat digunakan untuk mengidentifikasi orang yang berisiko depresi jauh sebelum mereka benar-benar terkena depresi dan dapat memunculkan cara-cara baru untuk mengobati penyakit tersebut.
"Kita telah didominasi oleh puluhan dogma tentang bagaimana kita menangani depresi. Harapannya ini bisa mengarah ke pemahaman baru mengenai penyakit ini," kata Ashley Winslow, penulis penelitian itu, seperti dikutip majalah Time.
Studi itu dilakukan oleh para peneliti oleh para peneliti dari Massachusetts General Hospital, Pfizer Pharmaceuticals dan 23andMe, perusahaan berbasis genom dan bioteknologi di California, demikian seperti dilansir kantor berita Xinhua.
Penerjemah: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016