Surabaya (ANTARA News) - Ketua Umum Dewan Syuro DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menilai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) masih bersikap "tebang pilih" dalam soal pemberantasan korupsi."Buktinya, mereka yang dijerat 'kan orang-orang dekat Megawati, seperti Widjanarko Puspoyo (mantan Dirut Perum Bulog) dan yang terakhir adalah Rokhmin Dahuri (mantan Menteri Kelautan dan Perikanan)," ujarnya di Surabaya, Minggu. Saat berbicara dalam Majelis Silaturrahim Ulama Rakyat (MaSURa) Jatim di Masjid Agung Sunan Ampel, Surabaya, mantan Presiden RI itu menjelaskan sikap "tebang pilih" itu terlihat dari orang-orang dekat pemerintah yang "aman" dalam korupsi. "Yang dekat dengan Megawati diseret ke pengadilan, tapi mereka yang dekat dengan orang lain justru dibiarkan," paparnya dalam acara yang dihadiri belasan ribu massa dari kalangan ulama dan tokoh masyarakat se-Jatim itu. Didampingi isterinya Hj Nuriyah Wahid dan putrinya Inayah, mantan Ketua Umum PBNU itu menegaskan bahwa rakyat sendiri tidak menghendaki apa-apa dari pemerintah, melainkan sikap jujur dan perhatian terhadap kemiskinan rakyat. "Tapi, saya bangga saat ini masih ada ulama yang memimpin rakyat dengan perhatian yang ikhlas, tulus, dan seadanya, bukan untuk kepentingan sendiri. Rakyat itu butuh akhlak pemimpin yakni sikap jujur, ikhlas, dan peduli," ungkapnya. Namun, kata cucu pendiri NU Hadratusyekh KH Hasyim Asy'ari itu, rakyat selama ini juga melakukan kekeliruan dengan menyerahkan harapannya kepada para pemimpin seluruhnya. Dalam kesempatan dialog, Gus Dur sempat menjawab tiga pertanyaan yakni sikap PKB terhadap Israel, cara mengajarkan akhlak dalam era globalisasi, dan upaya MaSURa dalam memberdayakan masyarakat miskin dan bodoh. "Israel itu negara ber-Tuhan, karena itu kita sebaiknya berhubungan dengannya untuk memberi nasehat kepadanya. Dengan negara tak ber-Tuhan seperti Uni Sovyet dan RRC saja, kita membuka kedutaan. Jadi, kita jangan emosional, apalagi anak SBY yang menjadi pasukan PBB juga jalan-jalan ke Lebanon," ucapnya. Acara yang diawali dengan khataman Al-Qur'an 30 juz dan istighotsah itu dihadiri sejumlah ulama, diantaranya KH An'im Falahuddin Mahrus (Lirboyo, Kediri), KH Chotib Umar (Jember), KH Faruq Zainuddin Djazuli (Ploso, Kediri), KH Azmi Nawawi (Masjid Ampel, Surabaya). (*)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007