Rio de Janeiro (ANTARA News) - Lebih dari 15.000 atlet dan ofisial dari berbagai negara telah hadir di Rio de Janeiro, Brasil, untuk berpartisipasi dalam Olimpiade ke-31 pada 5-21 Agustus 2016.
Suasana Rio de Janeiro sudah tampak meriah dengan berbagai atribut Olimpade dan kesibukan orang-orang yang terlibat dalam pesta olahraga sejagat ini, khususnya di perkampungan atlet, venue-venue, dan juga bandara internasional Antonio Carlos Jobin yang merupakan pintu masuk utama kedatangan peserta Olimpiade.
Namun di tengah suasana gemerlap Olimpiade, ada satu hal tidak bisa diabaikan oleh para pendatang di kota ini dan panitia setempat, yakni Zika, virus yang disebarkan melaui gigitan nyamuk yang membuat Brasil dalam keadaan darurat karena banyaknya korban.
Menjelang berlangsungnya Olimpiade, pemerintah Brasil terus gencar fogging di perkampungan atlet dan tempat pertandingan.
Informasi petunjuk antisipasi virus Zika disebutkan dalam buku-buku yang dibagikan kepada delegasi tamu, termasuk untuk wartawan peliput Olimpiade. Bahkan dalam press kit untuk wartawan, panitia juga memberikan obat semprot antinyamuk yang menunjukkan bahwa semua pihak harus tetap waspada.
Zika adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti yang telah terinveksi virus Zika.
Gejala-gejala penyakit Zika menyerupai gejala penyakit demam berdarah dengue dan chikungunya, seperti demam, nyeri sendi, dan ruam.
Dalam catatan kedokteran, selain melalui perantaraan gigitan nyamuk, virus Zika juga bisa menular melalui hubungan seksual.
Akibat yang lebih mengerikan dari virus ini adalah bisa menyebabkan kerusakan otak pada janin dan mikrosefali, yaitu bayi lahir dengan kepala lebih kecil dari ukuran normal.
Virus Zika yang berasal dari Afrika, menurut catatan WHO, sejak 2007 mulai menyebar ke luar Afrika. Brasil termasuk wilayah yang terpapar Zika pada 2015 setelah Piala Dunia 2014, meskipun ada pendapat bahwa virus ini sudah memasuki negeri ini sebelum pesta sepak bola sejagat itu.
Tuan rumah Olimpiade 2016 ini menjadi negara terparah di Amerika Selatan yang terdampak virus Zika. Sebanyak 4.000 bayi lahir dalam kondisi mikrosefali sejak Oktober 2015. Kasus itu membuat WHO menyatakan keadaan darurat penyakit Zika di Amerika Selatan pada Februari 2016.
Bahkan lebih dari seratus ilmuwan di dunia menyarankan agar Olimpiade Rio de Janerio 5-21 Agustus 2016 ditunda karena wabah Zika yang dikhawatirkan bisa makin meluas karena akan banyaknya orang yang datang ke Brasil. Para ilmuwan menyampaikan rekomendasi ini kepada WHO Mei lalu.
Atlet top mundur
Kekhawatiran akan Zika juga mengakibatkan sejumlah atlet top membatalkan partisipasi mereka pada Olimpiade ini, antara lain mantan pegolf nomor satu dunia Adam Scott dan Vijay Singh, serta pemenang kejuaraan utama lainnya Louis Oosthuizen dan Charl Schwartzel.
Mereka lebih memilih menghindari risiko terpapar Zika ketimbang ikut Olimpiade. Padahal di Rio de Janeiro ini cabang golf untuk pertama kalinya dipertandingkan pada Olimpiade setelah vakum sejak Olimpiade 1904.
Demikian pula pemain bola basket NBA asal Spanyol Pau Gasol yang mengatakan bahwa setelah mempertimbangkan masak-masak, ia memilih untuk tidak tampil pada Olimpiade.
Sejumlah nama tenar dari tim bola basket NBA seperti Stephen Curry dan Kahwi Leonard juga menyatakan tidak akan ke Brasil, meskipun mereka tidak secara khusus menyebut alasannya karena Zika.
Pada cabang tenis, kekhawatiran akan Zika memaksa petenis putri nomor lima dunia Simona Halep tidak ikut memperkuat negaranya, Rumania, bertanding pada Olimpiade ini.
"Setelah beberapa pembicaraan dengan para dokter dan keluarga saya, saya menyimpulkan bahwa risikonya terlalu tinggi untuk karier dan untuk kesehatan saya, khususnya sebagai perempuan. Keluarga lebih penting bagi saya dan saya tidak dapat mengambil risiko untuk membahayakan salah satunya ketika karier saya di tenis telah selesai." Kata Halep via Facebook.
WHO sendiri sudah menolak seruan menunda Olimpiade. Menurut WHO, seperti dikemukakan ketua komite darurat David Heyman, penundaan Olimpiade hanya akan memberikan sinyal keamanan palsu karena wisatawan terus keluar masuk Brazil.
WHO usai pertemuan dengan para ahli kesehatan di Genewa, Juni lalu menyimpulkan bahwa dampak virus Zika selama Olimpiade adalah minim, antara lain karena selama Agustus perkembangbiakan nyamuk berkurang, namun tetap menyarankan wanita hamil tidak ke Brasil.
WHO juga tetap menyarankan para atlet pria untuk tidak membawa isterinya ke Brasil, sebagai antisipasi terpapar Zika.
Informasi resmi dari WHO membuat lega para atlet peserta Olimpiade karena sebelumnya masalah Zika selalu menjadi perbincangan di antara mereka.
Bagi kontingen Indonesia, kekhawatiran mengenai Zika tampak terhapus dengan semangat untuk dapat mencetak prestasi terbaik pada Olimpiade.
"Kami tetap memantau perkembangan terakhir mengenai virus Zika, tapi untuk mengambil suatu kebijakan terkait hal itu, kami berpegang kepada rekomendasi dari pihak berwenang, seperrti WHO atau kementerian kesehatan," kata ketua Kontingein Indonesia Raja Sapta Oktohari.
Para atlet Indonesia sendiri sudah mendapat pengarahan dari tim dokter sebelum berangkat untuk tetap mengambil langkah antisipasi seperti menggunakan antinyamuk, menutup pintu dan jendela selama berada di perkampungan atlet untuk menghindari gigitan nyamuk.
Menpora Imam Nahrawi bahkan terus berkoordinasi dengan kedutaan besar Indonesia di Brasil untuk memastikan keamanan atlet Indonesia selama berada di sana.
Informasi yang akurat dan langkah-langkah antisipasi menghadapi zika, para atlet bisa fokus pada pertandingan.
Oleh Teguh Handoko
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016