Bengkayang, Kalimantan Barat (ANTARA News) - Wakil Ketua MPR RI Oesman Sapta mengungkapkan fakta impor listrik dari Malaysia untuk sebagian wilayah Kalimantan Barat salah satunya Bengkayang, menjadi cambuk bagi pemerintah mempercepat pembangunan listrik di sana.
"Saya sedih mengapa kita harus impor listrik. Tetapi bagaimana, daripada tidak ada ini lebih baik. Ini sementara. Ini cambuk untuk pemerintah segera mempercepat proses pembangunan listrik," kata dia saat meninjau Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) PLN di Bengkayang, Kamis.
Dalam kesempatan itu, Wakil Bupati Bengkayang Agustinus Naon mengungkapkan pemerintah terpaksa mengimpor karena pembangunan belum selesai. "Memang belum ada pembangunan sebelumnya. Sedangkan kebutuhan juga cukup banyak," ujar dia.
Secara ekonomi juga listrik yang dijual cukup murah. Dibeli dengan harga Rp 1.000/Kwh dan dijual ke masyarakat seharga Rp 1.750/Kwh. Selain Bengkayang, wilayah Sambas dan Mempawah juga harus mengimpor listrik, tutur Agustinus.
Agustinus mengatakan, saat ini pemerintah tengah membangun dua PLTU yakni di Jungkat dan Bengkayang untuk memasok kebutuhan listrik di Bengkayang dan wilayah-wilayah lainnya. Kedua PLTU ini, diperkirakan siap digunakan tahun depan. "Dua PLTU akan beroperasi, Jungkat dan Bengkayang. Bulan depan akan selesai," tutur dia. Di samping itu, pemerintah juga akan membangun satu PLTU di Pasir Panjang.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016