Anggota Komisi V DPR RI yang berasal dari Daerah Pilihan (Dapil) Cirebon dan Indramayu itu, Rabu, mengaku terkejut karena Pelabuhan Cirebon menerima garam impor untuk industri, disaat petani garam di Cirebon karena hasil garamnya tidak laku dijual.
"Mestinya pemerintah cukup bijak, jangan binasakan petani garam di Cirebon dengan mendatangkan garam impor melalui Pelabuhan," katanya.
Miryam menuturkan Cirebon merupakan salah satu daerah terbesar penghasil garam di Jawa, sehingga tidak sepatutnya ada impor garam.
Seharusnya pemerintah memberikan subsidi kepada petani garam di Cirebon, untuk bisa membuat garam industri dan mendorong untuk bisa menunjang industri yang ada.
Bukan malah melakukan impor besar-besaran dari luar negeri. Hal ini sudah tentu sangat merugikan petani garam di Cirebon, katanya.
"Hampir seluruh wilayah Kabupaten Cirebon penghasil garam, tapi di Pelabuhannya ada garam impor dari Australia, saya kaget sekali," katanya.
Menurutnya kebijakan impor garam disaat petani garam sedang mengalami kerugian besar akibat banyak yang tidak bisa derjual, merupakan keputusan yang tidak tepat.
Dan untuk itu seharusnya pemerintah bisa memaksimalkan petani lokal yang sudah ada.
Sementara itu Kepala KSOP Cirebon Rivolindo membernarkan bahwa kapal tongkang yang bersandar di Pelabuhan Cirebon mengangkut garam impor dari Australia dan ada sekitar 30 ribu ton garam yang diangkut untuk industri Jawa Barat tersebut.
Dia menambahkan garam impor tersebut merupakan garam untuk industri bukan merupakan garam konsumsi dan pengirimannyapun tidak dilakukan secara rutin, melainkan sesuai kebutuhan saja.
"Yang mengatur itu Pelindo, jadi saya tidak faham lebih jelas, tapi tidak rutin pengirimannya, hanya kalau dibutuhkan saja," katanya.
Saat ini para petani garam di Cirebon sedang kesulitan karena hasil garamnya tidak laku dijual, bahkan sejumlah garam akhirnya rusak karena terkena hujan yang masih sering turun pada bulan ini.
Pewarta: Khaerul Izan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016