Jakarta (ANTARA News) - Butuh waktu 17 bulan untuk bisa merestorasi film legendaris "Tiga Dara" (1956) karya Usmar Ismail menjadi format 4K dengan suara lebih tajam, bersih dan detil lebih lengkap yang tak terlihat pada versi sebelumnya.


Awalnya inisiatif merestorasi film ini akan dilakukan oleh pemerintah Belanda melalui EYE Museum Amsterdam pada 2011. Namun, proses itu tertunda akibat krisis ekonomi di Eropa.


Restorasi akhirnya diambil alih oleh SA Films. Seluloid film "Tiga Dara", yang tadinya berada di Amsterdam, dikembalikan ke Indonesia.


"'Mengapa bukan orang Indonesia yang aktif mengamankan film kita sendiri?," papar Yoki P Soufyan dari SA Films retoris dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu.


Proses yang memakan dana sekitar Rp3 miliar ini melibatkan dua orang Indonesia. Laboratorium L'immagine Ritrovata di Bologna, Italia dipilih jadi pihak yang akan merestorasi fisik seluloid film.


"Bologna dipilih karena mereka sudah kenal dengan jamur dari negara tropis," ujarnya.


Itu adalah salah satu bentuk kerusakan fisik pada seluloid film. Dalam restorasi fisik, seluloid film "Tiga Dara" diperiksa dengan detil sebelum diperbaiki, misalnya apakah ada yang robek atau tergores. Ada juga kerusakan kimiawi di mana terdapat kristal-kristal debu yang umum terjadi bila seluloid disimpan di negara tropis.


Restorasi fisik "Tiga Dara" berlangsung selama delapan bulan. Debu dan kotoran di seluloid --seperti sidik jari, bekas lem, bekas tekukan, hingga serangga yang menempel --sebagian besar telah dibersihkan.


Namun, perjuangan masih belum selesai. Masih ada restorasi digital di mana setiap kerusakan pada frame harus diperbaiki. Ada sekitar 150.000 frame dalam film berdurasi hampir dua jam ini. Butuh stamina dan kegigihan untuk mengecek dan memperbaiki segala cacat dalam tiap frame yang total besar file-nya mencapai 12 terabyte.


"Tiga Dara" menjadi film Indonesia pertama yang direstorasi menjadi format 4K, juga film hasil restorasi 4K pertama di Asia yang disiarkan untuk publik.


Hasil restorasi ini akan tayang di bioskop Indonesia pada 11 Agustus 2016.


Film ini menceritakan tentang tiga saudara perempuan, yaitu Nunung (Chitra Dewi), Nana (Mieke Wijaya), dan Neni (Indriati Iskak). Sepeninggal sang ibu, ketiganya hidup bersama ayah mereka, Sukandar (Hassan Sanusi), dan nenek mereka (Fifi Young) di Jakarta. Nenek mereka tak henti-hentinya mencarikan jodoh untuk ketiga cucu perempuannya. Sampai suatu ketika, semuanya dilanda asmara di saat yang bersamaan, sehingga terjadilah kekacauan yang jenaka di antara mereka.


Film ini sukses secara komersil di zamannya. "Tiga Dara" ditayangkan selama delapan minggu berturut-turut di seluruh Indonesia, menjadikannya sebagai film Indonesia terlaris saat itu.


Musik-musik indah dan abadi pada film ini dibuat oleh komposer legendaris Indonesia; Saiful Bahri, dengan lagu-lagu yang ditulis oleh Saiful Bahri, Oetjin Nurhasjim, dan Ismail Marzuki. "Tiga Dara" mengantongi penghargaan Piala Citra untuk kategori Tata Musik Terbaik pada Festival Film Indonesia 1960.


"Tiga Dara" menginspirasi sineas Nia Dinata untuk membuat "Ini Kisah Tiga Dara" yang dibintangi Shanty Paredes, Tara Basro dan Tatyana Akman.

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016