Film yang pertama kali muncul pada 1956 itu telah direstorasi oleh SA Film dan akan ditayangkan dalam format 4K atau dengan resolusi tinggi.
Menurut sineas SA Film Yoki P Soufyan seluloid film tersebut sudah rusak parah karena jamur dan seluloid tersebut berada di EYE Museun, Belanda.
"Sudah setengahnya rusak, kami khawatir akan rusak semua maka kami meminta mengambil alih restorasi," kata Yoki saat konferensi pers "Tiga Dara" di Plaza Indonesia, Jakarta, Rabu.
Dia mengatakan pada awalnya EYE Museum memang berencana merestorasi film tersebut, namun karena dalam masa resesi niat itu pun tak terwujud.
Restorasi tersebut pun dilakukan di Italia di studio Limmagine Ritrovata, memakan waktu 17 bulan dengan dana sekitar Rp3 miliar.
Limmagine Ratrovata sebelumnya pernah mengerjakan restorasi film yang terkena jamur tropia, dalam proses tersebut juga melibatkan dua orang Indonesia .
Setelah dibersihkan maka masuk ke proses restorasi digital yang ditangani PT Render Digital Indonesia.
Film ini menceritakan kehidupan tiga saudara perempuan yaitu Nunung (Chitra Dewi), Nana (Mieke Wijaya) dan Neni (Indriati Iskak) yang hidup bersama Nenek (Fifi Young) dan ayah mereka, Sukandar (Hassan Sanusi).
Sementara nenek mereka ingin mencarikan jodoh bagi cucu-cucunya hingga akhirnya para dara ini jatuh cinta pada masa yang bersamaan.
Pada masanya Tiga Dara adalah film yang digemari oleh masyarakat.
Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016