Studi yang dipimpin tim dari University of Melbourne ini menemukan kandungan methylmercury, salah satu jenis merkuri berbahaya di Samudera Selatan.
Caitlin Gionfriddo, kandidat PhD dari University of Melbourne, mengatakan methilmercuri yang dilepaskan laut es Antarktika dapat mengontaminasi rantai makanan.
"Ada kandungan methylmercury yang tinggi di ekosistem kita, terutama di lingkungan laut, tetapi kami tidak tahu bagaimana itu dibuat," kata Gionfriddo.
"Kami melihat jumlahnya di jaringan makanan, kemungkinan berasal dari merkuri endapan atmosfer yang ada di laut," kata dia.
Menurut studi yang dipublikasikan di jurnal Nature Microbiology ini, buangan merkuri atmosfer terjadi setiap tahun, namun, yang paling berdampak adalah saat musim semi di Antarktika karena es meleleh dan mengeluarkan racun tersebut.
Para peneliti yang terlibat riset tersebut khawatir bila manusia juga akan terdampak racun tersebut melalui konsumsi ikan yang berasal dari tempat itu.
Methylmercury berpindah dengan mudah dari perut ke aliran darah dan bila mencapai otak, dapat menimbulkan gangguan perkembangan pada janin, bayi dan anak-anak.
John Moreau, penulis utama penelitian tersebut, mengatakan masih belum diketahui mengapa bakteri di methylmercury dapat menimbulkan gangguan perkembangan.
"Setelah studi setengah abad, masih belum diketahui. Banyak yang mengira itu efek samping, ada juga yang bilang itu reaksi terhadap racun," kata dia.
Para ilmuwan juga akan meneliti faktor-faktor lingkungan yang membentuk methilmercuri dan dampak luas dari kontaminasi terhadap perairan Antarktika.
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016