Analis Monex Investindo Futures Putu Agus di Jakarta, Selasa mengatakan dolar AS bergerak menguat terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah menyusul langkah bank sentral Jepang yang hanya menyetujui langkah stimulus keuangan moderat.
"Situasi itu mengecewakan pelaku pasar global yang berharap untuk pelonggaran lebih agresif untuk mendukung perekonomian global," katanya.
Kendati demikian, menurut dia, penguatan dolar AS masih rapuh setelah data produk domestk bruto (PDB) Amerika Serikat kuartal II 2016 menunjukkan kenaikan hanya 1,2 persen, masih di bawah harapan.
Selain itu, lanjut dia, aktivitas manufaktur Amerika Serikat juga turun ke level 52,6 pada bulan Juli dari 53,2 pada bulan sebelumnya, juga di bawah perkirakan pasar yang sebesar 53,0 di bulan Juli.
Analis dari PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menambahkan bahwa data inflasi Juli 2016 yang dirilis relatif terjaga serta eforia dari kebijakan perombakan susunan Kabinet Kerja dan amnesti pajak yang masih berlangsung akan menjaga fluktuasi mata uang domestik untuk bergerak stabil.
"Pelemahan rupiah cenderung terbatas, masih ada potensi bagi mata uang domestik untuk kembali mengalami apresiasi terhadap dolar AS," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016