Pekanbaru (ANTARA News) - Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru mengungkapkan, 32 titik panas berada di Sumatera dengan tingkat kepercayaan atas potensi terjadinya kebakaran lahan dan hutan (karlahut) di atas 50 persen.
"Sore ini atau tepatnya pukul 16.00 Wib, satelit baik Terra dan Aqua mendeteksi 32 titik panas terjadi di Sumatera dan melanda empat provinsi. Tapi, di Riau dinyatakan nihil titik panas," papar Kepala BMKG Stasiun Pekanbaru, Sugarin di Pekanbaru, Senin.
Menurutnya, ke-32 titik panas tersebut terkosentrasi di wilayah paling barat dari Pulau Sumatera yakni Nanggroe Aceh Darussalam dengan jumlah 27 titik dan disusul Sumatera Selatan (Sumsel) terpantau tiga titik.
Sedangkan dua provinsi lain yakni Lampung dan Sumatera Utara sama-sama menyumbang satu titik panas atau terjadi penurunan, jika dibanding pada hari yang sama di pagi hari atau pukul 7.00 Wib.
Lampung di pagi hari terpantau tiga titik panas dari total 19 titik di Sumatera dan terdapat lima provinsi, diantaranya Bangka Belitung 10 titik, Sumsel tiga titik, Riau menyumbang dua titik dan Sumatera Barat sati titik.
"Wilayah Sumatera, secara umum dilanda hujan bersifat lokal dan tidak merata dengan intensitas ringan. Namun potensi karlahut perlu diwaspadai untuk masing-masing provinsi," ucap Sugarin.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Riau, Edward Sanger mencatat total sekitar 1.400 hektare luas lahan dan hutan terbakat di daerah tersebut terjadi mulai Januari hingga awal Juli 2016.
"Data kami (Satuan Tugas Siaga Darurat Kebakaran Lahan dan Hutan Riau) melaporkan, telah terjadi karlahut seluas 1.400 hektare terutama pada lahan gambut sejumlah kabupaten/kota di Riau," paparnya.
Tetapi, menurutnya, jumlah kebakaran lahan dan hutan yang terjadi terutama di wilayah pesisir Riau tersebut, jauh menurun dibanding karlahut pada dua tahun sebelumnya yang terjadi secara berturut-turut.
Kalau pada tahun 2014, lanjut dia, periode Januari-Juli sudah sekitar 23.000 hektare karlahut. Sedangkan di tahun 2015 sampai bulan Juli saja, hampir 6.000 hektare luas provinsi itu dilanda kebakaran.
"Berkurangnya karlahut terutama di lahan gambut terbakar pada tahun ini, tidak terlepas dari kesigapan petugas terutama tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Siaga Darurat Kebakaran Lahan dan Hutan Riau," ucapnya.
Pemerintah Provinsi Riau memutuskan untuk memperpanjang status siaga darurat kebakaran lahan dan hutan yang berlaku sejak Juni 2016 hingga 30 November 2016.
"Sesuai hasil evaluasi awal pekan lalu, kita sepakat untuk memperpanjang status siaga karlahut," kata Komandan Satuan Tugas (Satgas) Karlahut Riau, Brigjen TNI Nurendi.
Ia menjelaskan, perpanjangan status tersebut sebagai upaya untuk memaksimalkan pencegahan penanggulangan Karhutla yang saban tahun terjadi di Riau selama 18 tahun terakhir.
Pewarta: M Said
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016