"Beliau sudah dirawat di RS Darmo, Surabaya, sejak 13 Juli, lalu beliau minta pulang, karena gangguan perutnya tidak membaik," kata Ketua PC NU Kabupaten Pasuruan, KH Imron Mutamakkin, dari Pasuruan, Jawa Timur, Minggu.
"Beliau memang kader NU tulen, karena beliau memulai aktivitas berorganisasi dari IPNU Pasuruan pada tahun 1967, lalu ke PCNU Pasuruan dan akhirnya ke PWNU Jatim dan kini menjadi salah seorang Rais Syuriah PB NU, karena itu almarhum paham betul cara-cara organisatoris," katanya.
Mutamakkin yang masih keponakan almarhum itu, menjelaskan warisan penting dari almarhum adalah pertimbangan syar'i (agama) harus menjadi rujukan utama dalam berorganisasi.
"Almarhum tidak mempersoalkan perbedaan pendapat dalam berorganisasi, bahkan saya juga beberapa kali berbeda pendapat dengan beliau dalam rapat sampai rekan-rekan pengurus mengingatkan saya, tapi beliau justru mengajarkan hal penting dalam berdemokrasi," katanya.
Bagi almarhum, perbedaan dalam strategi adalah hal biasa, tapi setiap masalah harus dicarikan rujukan agama-nya.
"Kalau memang tidak ada dalam agama, maka hal itu bukan menjadi ukuran. Jadi, ukuran utama adalah agama, baru kalau tidak ada, maka kembali kepada strategi organisasi," katanya.
Pewarta: Edy M Ya'kub
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016