Surabaya (ANTARA News) - Ketua Umum Persebaya, Arif Afandi menyatakan, meski saat ini posisinya sedang terpuruk, tapi timnya masih belum kiamat dan mampu bangkit di sisa pertandingan berikutnya.
Pernyataan itu disampaikan Arif Afandi, saat diskusi terbatas dengan kalangan wartawan peliput Persebaya di Surabaya, kemarin.
"Bagi saya, Persebaya masih belum kiamat, meski saat ini posisinya terpuruk di zona degradasi," ucapnya.
Pertemuan itu merupakan inisiatif dari Arif Afandi untuk mencari masukan dan saran, guna perbaikan Persebaya menghadapi sisa kompetisi.
Selain itu, Arif Afandi yang juga Wakil Walikota Surabaya akan menggali masukan dari masyarakat dan pecinta bola di Surabaya, termasuk perwakilan klub internal anggota Persebaya.
"Rencananya, saya mengundang perwakilan klub anggota pada Minggu (1/4). Saya ingin dapat masukan dari mereka, karena klub anggota merupakan bagian dari Persebaya," ujarnya.
Dalam pertemuan dengan wartawan, Arif mendapat banyak masukan untuk perbaikan tim, seperti soal manajemen tim, pemain, pelatih dan hal-hal lainnya.
Arif mengaku, belum akan mengambil keputusan apapun terkait merosotnya prestasi Persebaya di putaran awal kompetisi musim 2007.
Namun, ia menegaskan, perlunya dilakukan evaluasi terhadap tim menghadapi putaran kedua mendatang.
"Soal perubahan apa yang perlu dilakukan, saya masih akan tunggu masukan dari pihak lain. Tapi yang jelas, perubahan itu perlu kalau memang tujuannya untuk perbaikan," tambahnya.
Soal posisi Persebaya yang berada di zona degradasi, Arif Afandi menyatakan, Bejo Sugiantoro dan kawan-kawan masih bisa beranjak dari keterpurukan.
"Selisih poin Persebaya dengan tim yang ada di papan tengah atau atas tidak terlalu banyak. Jadi peluang untuk naik lagi cukup besar," kilahnya.
Dalam dua laga "home" menjamu Persmin Minahasa dan Persiter Ternate pekan depan, Persebaya harus mampu meraih poin maksimal, lanjut Arif.
Persebaya saat ini berada di posisi kedua dari bawah klasemen sementara wilayah timur dengan hanya mengemas sembilan poin, hasil dari tiga kali menang dan tujuh kali kalah.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007