"Kafilah MTQ dari 34 provinsi sudah mempersiapkan diri untuk menjadi yang terbaik. Prestasi bukan segala-galanya," kata Lukman saat menghadiri rangkaian MTQN XXVI di Mataram, NTB, Sabtu.
Menurut dia, prestasi tidak akan berarti jika ditempuh dengan cara yang tidak terpuji. Dengan kata lain, meraih gelar juara tidak boleh ditempuh dengan melanggar etika dan mengesampingkan nurani.
Maka dari itu, Lukman berharap peran Dewan Hakim, Panitera dan Pengawas MTQN XXVI agar dapat menegakkan kode etik. Dengan begitu, peluang-peluang terjadinya pelanggaran dapat dicegah sehingga mewujudkan prinsip keadilan dan ketegasan.
"Dewan Hakim, Panitera dan Pengawas agar bertanggung jawab mengawal kredibilitas MTQ ini," kata dia.
Untuk hakim, kata Menag, dituntut keikhlasan dan tanggung jawab moralnya. Dewan Hakim harus berani menolak intervensi siapapun.
"Dewan Hakim menjadi tumpuan peningkatan kualitas MTQ. Dewan Hakim agar dapat menjalankan tugas dan fungsinya secara kredibel, netral dan mandiri," katanya.
MTQ, lanjut dia, bukan tentang perebutan piala tetapi harus dimaknai sebagai bagian dari ibadah dan dakwah. Lebih dari itu, MTQ agar dapat menjadi contoh tentang kesuksesan penyelenggaraan ajang oleh panitia daerah dan nasional.
Gelaran MTQ tingkat nasional berlangsung pada 27 Juli-7 Agustus 2016.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016