Parapat, Sumatera Utara (ANTARA News) - Semua pemuka umat beragama di Sumatera Utara menyerukan umat beragama tenang dan tidak terprovokasi pascakerusuhan di Tanjungbalai.
"Semua pemuka agama yang tergabung dalam FKUB (Forum Komunikasi Umat Beragama) sudah langsung berkoordinasi pascakerusuhan Tanjungbalai yang menyebabkan sejumlah vihara dibakar dan dirusak," ujar Ketua FKUB Sumatera Utara Martua Simanjuntak di Medan, Sabtu.
Lewat telepon, dia mengatakan kerusuhan bermula dari keberatan seorang wargha Tionghoa atas suara adzan yang berkumandang dari Masjid Al Makshun di kota itu.
Martua menyebutkan, dia dan sejumlah pemuka agama, Sabtu pagi, sedang menuju Tanjungbalai.
"Setelah berkoordinasi dan menginstruksikan pengurus FKUB yang ada di Tanjungbalai untuk menenangkan umat, maka saya dan sejumlah pengurus lainnya menuju Tanjungbalai," ujarnya.
Laporan awal, ujar Martua, kerusuhan itu bukan bernuansa SARA, melainkan keberatan seorang warga soal suara adzan.
Keberatan itu sebelumnya sudah dibicarakan pada Jumat, 29 Juli usai Shalat Isya atau sekitar pukul 20.00 WIB di rumah warga yang keberatan dan dibicarakan sampai ke kantor polsek setempat.
Namun, sekitar pukul 23.00 WIB terjadi amuk massa yang disebutkan berasal dari warga sekitar kawasan tersebut.
"FKUB meminta semua umat tetap tenang dan menyerahkan penanganan kasus itu oleh pihak yang berwenang," ucapnya.
Martua menegaskan, selama ini kerukunan umat beragama di Tanjungbalai cukup bagus sehingga kasus ini semestinya cepat ditangani agar tidak meluas.
Kabid Humas Polda Sumut Kombes Polisi Rina Sari Ginting mengatakan personel termasuk tambahan dari polres lain dan Satuan Brimob di Tebing Tinggi sudah diturunkan ke Tanjungbalai untuk mengendalikan situasi.
Pewarta: Evalisa Siregar
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016