Djakarta, 29 Djuli 1954 (Antara) - Pada Selasa (20/7) jang lalu film Indonesia "Pulang" tjiptaan Basuki Effendy dari Gerakan Artis Film Indonesia yang merupakan bikinan studio Perusahaan Film Negara di Djatinegara telah diputar dalam Festival Film Internasional di Karlovy Vary, Tjekoslowakia, dan mendapat sambutan jang besar sekali.
Dimuka penonton dalam gedung festival jang penuh, delegasi Indonesia jang terdiri dari sutradara Kotot Sukardi dan Des Alwi, pers attase Kedutaan Indonesia di Switserland selaku utusan Kementerian Penerangan, dengan resmi diperkenalkan kepada hadirin.
Kata Kotot Sukardi antara lain, industri film Indonesia masih sangat muda usianja, seolah2 seorang baji jang baru dapat merangkak. Tetapi karena maksud dari Festival Film ini sesuai dengan dasar negara kami, ialah untuk persahabatan dan kebahagiaan bangsa2, maka kami perlukan datang berhadapan muka dengan saudara2, tidaklah terutama untuk beradu kekuatan, tetapi sekedar ingin turut serta mewujudkan tjita2 mulia dari Festival Film ini.
Selandjutnja dikatakan oleh Kotot Sukardi bahwa maksud daripada film "Pulang' ini ialah agar tiap2 rakjat Indonesia, baik tentara, buruh atau tani, turut serta membangun tanah air jang baru saja keluar dari revolusi kemerdekaannja.
Kotot menegaskan pula bahwa sebenarnja film tersebut adalah untuk konsumsi dalam negeri, sedang sutradara dan djuru potretnja masih sangat muda.
Sambutan
Pidato Kotot Sukardi disambut dengan tepuk-tangan riuh dan gadis2 Tjekoslowakia memberikan karangan bunga kepada delegasi Indonesia.
Selama film "Pulang" diputar, delegasi Indonesia duduk dalam loze kehormatan di tengah2 tribune, diapit oleh putri2 Tjekoslowakia.
Film "Pulang" diputar dengan teks dalam bahasa Tjek, jang dikerdjakan oleh Dr. Miroslav Oplt, guru besar bahasa Indonesia di Fakultet Filologi di Praha. Berdasarkan teks ini, para djuru bahasa menterdjemahkannja ke dalam bahasa Inggeris, Perantjis, Rusia, Tiongkok, Spanjol dan lain2 kepada delegasi2 luar negeri jang juga mengikuti film Indonesia tersebut dengan penuh perhatian.
Isi film tersebut telah lama sebelumnja ditjetak dalam bulletin festival dalam empat bahasa. Djuga potret2 jang terpenting dari film tersebut telah direproduksi oleh panitia dan disediakan kepada semua delegasi dan tamu2 asing.
Kadang2 di tengah2 film penonton ikut bertepuk tangan, terutama sewaktu Tamin (T.Djunaidi) menjanjikan lagu "Ombak Samudera", dan para hadirin ikut tertawa terbahak2 dalam bagian jang lutju dalam film, umpamanja sewaktu djururawat Tamin dengan tidak sengaja mengindjak kakinja pasien sehingga pasien berteriak kesakitan sebelum ia disuntik.
Sehabis film "Pulang" diputar, para penonton dengan riuh bertepuk tangan ke arah loze kehormatan, tempat duduk delegasi Indonesia, selama beberapa menit.
Kesan umumnja baik dari para delegasi luar negeri, maupun penonton Tjekoslowakia, ialah bahwa kalau diingat masih mudanja produksi film Indonesia maka film "Pulang" sungguh2 dapat diterima dengan memuaskan. Jang terutama menarik ialah tjaranja menjadjikan tjara-hidup di Indonesia menurut kenjataannja dengan tidak dilebih2kan atau dikurangi. Adat-istiadat, ketjintaan murni antara anak terhadap orang-tua, pemandangan2 alam, dan sebagainja disadjikan dalam film dengan baik dan terutama bagi orang2 di luar negeri hal2 itu sangat dihargai.
Film "Pulang" sangat menarik (interessant), demikian Francois Bolon, scenarist dari l'Action Cinematographique Belgia menjatakan pendapatnja. Hanja sadja, ditambahkannja, kadang2 terlalu lambat geraknja (traag), kurang "action" menurut pandangan dan mentalitet orang2 Barat. Gaja pemain-utama si Tamin kadang nampak kaku dan dilebih2kan mimiknja, hal ini disebabkan perannja sangat sukar, jakni menggambarkan karakter dan isi djiwa seseorang; suatu thema jang "gedurft" (sulit); dalam pada itu pada umumnja ia tidak mengetjewakan. Permainan Ibu (Marliah Hardy) sangat baik, terutama serenta diketahui bahwa ia sebenarnja masih muda.
Mengenai kekurangan2 lainnja dalam film tersebut, Kotot Sukardo menerangkan bahwa ini terutama disebabkan adanja kekurangan alat2 dan kekurangan ahli2 dalam soal2 teknis lainnja. Umpamanja dalam mentjutji film, kadang2 terpaksa memakai tangan sadja; karena hanja mempunjai satu mikrofon, maka kalau sedang ada konversasi mikrofon harus dipindahkan dari satu pembitjara kepada jang lainnja, jang kadang menjebabkan adanja "lowongan" antara dialog2 tersebut. Dalam atelier film P.F.N, di Polonia terpaksa masih digunakan perlengkapan2 tua jang sebagian berasal dari Belgia, atau Perantjis, Australia, atau lainnja, tetapi mudah2an, demikian harapan Kotot Sukardi, dalam studio P.F.N, jang baru jang kini sedang dibangun itu kekurangan2 ini dapat kami atasi.
Selandjutnja dapat diberitahukan bahwa setelah dimainkan dalam festival film maka film Indonesia "Pulang" ini akan diputar lagi dalam gedung2 bioskop di Karlovy Vary lainnja dan setelah itu akan ikut dikelilingkan dengan film2 jang terbaik dari festival tersebut di kota2 lainnja di Tjekoslowakia. Demikian diberitakan wartawan Antara dari Tjekoslowakia.
Sumber: Pusat Data dan Riset ANTARA //pdra.antaranews.com/Twitter : @perpusANTARA
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016