Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo di Jakarta, Jumat, mengatakan tekanan inflasi di dua pekan terakhir Juli menurun drastis. Pada pekan pertama Juli, BI mensurvei bahwa inflasi sebesar 1,2 persen dan turun di pekan kedua menjadi 1,18 persen.
"Tekanan dari harga barang terkoreksi dan terjadi penurunan. Jadi seperti telur ayam itu turun dan ini membuat inflasi yang tadinya di minggu ketiga kita perkirakan 1 persen, sekarang ini 0,74 persen," kata Agus.
Namun, tekanan inflasi di sisa waktu pekan terakhir Juli ini, kata Agus, tetap akan datang dari komoditas harga pangan bergejolak seperti bawang merah dan varietas cabai. Untuk itu dia meminta pemerintah dan juga Tim Pengendali Inflasi Daerah tetap waspada.
Dengan prediksi inflasi tahun berjalan di 1,8 persen, inflasi tahunan pada Juli 2016 ini, Agus menyebutkan di sekitar 3,6 persen.
Bank Sentral ingin menjangkar inflasi 2016 berada di 3-5 persen, sementara pemerintah tidak berbeda jauh dengan menargetkan inflasi di 4 persen. Tekanan inflasi pada sisa tahun diperkirakan BI terus melemah, setelah melewati puncaknya pada tren konsumsi tinggi di Ramadhan dan Lebaran pada Juni dan awal Juli 2016.
Ke depan, BI melihat tekanan inflasi baru akan deras ketika puncak musim kemarau basah atau La Nina yang bisa mengganggu distribusi barang dan juga produksi. Selain itu, tren konsumsi tinggi pada akhir tahun menjelang Natal 2016 dan liburan panjang akhir tahun.
Inflasi menjadi indikator ekonomi makro yang dijaga BI untuk memastikan stabilitas perekonomian tetap sehat. Indikator lainnya, seperti neraca transaksi berjalan, juga diperkirakan BI mengendur menjadi 2,2 persen dari Produk Domestik Bruto atau sekitar 20 miliar dolar AS.
Sementara, BI masih mempertahankan proyeksi moderatnya untuk pertumbuhan ekonomi di 5,0-5,4 persen tahun ini.
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016