Ketika berbicara pada debat terbuka di Dewan Keamanan PBB mengenai pembangunan perdamaian di Afrika, Sekretaris Jenderal PBB itu mengatakan, "Saya merasa ngeri oleh luasnya pelanggaran seksual yang didokumentasikan oleh tim Hak Asasi Manusia kami."
"Kami menuntut pertanggung-jawaban atas semua kejahatan dan komitmen para pemimpin Sudan Selatan bagi proses perdamaian," katanya.
Bentrokan antara pasukan pemerintah dan oposisi terjadi di Ibu Kota Sudan Selatan, Juba, pada awal Juli, sehingga menewaskan sebanyak 272 orang, termasuk 33 warga sipil.
Negara tersebut kembali terperosok ke dalam konflik pada Desember 2013, setelah Presiden Salva Kiir menuduh wakilnya Riek Machar merencanakan kudeta, tuduhan yang dibantah oleh Machar dan mengakibatkan lingkaran pembunuhan balas dendam.
"Perdamaian di Afrika adalah prioritas utama," kata Ban, sebagaimana dikutip Xinhua.
"Ini adalah pangkal keprihatinan sangat besar buat semua orang."
Sekretaris Jenderal PBB tersebut mengatakan ketida-stabilan juga menyebar di Republik Afrika Tengah, Republik Demokratik Kongo, Libya dan Mali, dan sejumlah negara lain.
Namun ia menambahkan di negara lain, lembaga yang efektif sedang dibangun, dan ia menyatakan lembaga inklusif serta bertanggung jawab adalah landasan yang mengikat negara dan warga.
Ban Ki-moon mengatakan, meski ada pujian bagi Dana Pembangun Perdamaian dalam kajian keamanan dan perdamaian baru-baru ini, kekurangan dana masih terjadi.
Untuk mewujudkan perdamain kolektif bagi perdamaian yang berlanjutan, ia meminta pemerintah membantu Konferensi Janji Dana Pembangunan Perdamaian pada September guna mencapai sasaran dana 300 juta dolar AS.
(Uu.C003)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016