Dalam kunjungan Grand Sheikh Al Azhar ke Indonesia, Prof. Dr. Ahmed Mohamed Al Thayyeb mengumumkan penawaran 100 beasiswa per tahun untuk pelajar/mahasiswa Indonesia dari semula 50 beasiswa
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, Indonesia dan Mesir menikmati hubungan sejarah persahabatan yang panjang. Tanggal 10 Juni 1947, Mesir menjadi negara pertama yang mengakui dan mendukung kemerdekaan Republik Indonesia.
"Hal tersebut menjadi peristiwa yang tidak terlupakan dan terkenang dalam sejarah dan hati bangsa Indonesia," ujar Menag saat menyampaikan sambutannya pada peringatan Hari Kemerdekaan Republik Mesir ke-64 di Kantor Kedubes Mesir, Jakarta, Kamis (28/7) malam. Kehadiran Menag yang baru tiba dari kunjungan kerjanya dari Mesir, Kamis (28/7) pagi, merupakan wujud komitmen Menag dalam menjaga hubungan baik kedua negara.
Tampak hadir dalam acara tersebut, selain Dubes Republik Mesir untuk Indonesia Bahaaeldeen Baghat Ibrahim Dessouki, Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia AM Fachir dan sejumlah perwakilan negara-negara sahabat.
Ia mengatakan, kunjungan Presiden Abdel Fattah Al Sisi ke Indonesia tanggal 4-5 September 2015, mendorong peningkatan hubungan bilateral Indonesia dan Mesir lebih kuat di semua sektor, khususnya kerjasama keagamaan, perdagangan dan industri, investasi, pendidikan, dan pariwisata.
"Tahun ini, Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla menerima kunjungan Grand Sheikh Al Azhar, Prof. Dr. Ahmed Mohamed Al Thayyeb ke Indonesia tanggal 21-29 Februari dengan tujuan, antara lain, untuk meningkatkan citra positif tentang Islam sebagai agama rahmatallilalamin, cinta damai, dan Islam yang moderat," ucap Menag melalui laman Kemenag, Jumat.
Indonesia dan Mesir, lanjut Menag, mempunyai banyak persamaan dalam posisi politiknya di dunia internasional. Indonesia dan Mesir saling mendukung dalam memperjuangkan kepentingan negara-negara berkembang dan negara-negara Islam.
"Indonesia dan Mesir juga senantiasa berjuang keras untuk mendukung kemerdekaan Palestina di berbagai fora Internasional," ucap Menag yang juga mengatakan kinerja ekonomi dan perdagangan kedua negara dalam lima tahun terakhir menunjukkan kecenderungan yang positif.
Selain peningkatan kinerja di bidang ekonomi dan lainnya, Menag mengatakan, salah satu kerjasama penting Indonesia dan Mesir adalah di bidang pendidikan. Sejak tahun 1960-an, Mesir dikenal oleh kalangan pelajar/mahasiswa Indonesia sebagai negara tujuan untuk belajar, khususnya di Universitas Al Azhar.
"Lebih dari 3.500 pelajar/mahasiswa Indonesia saat ini menempuh pendidikannya di Mesir," ujar Menag.
"Dalam kunjungan Grand Sheikh Al Azhar ke Indonesia, Prof. Dr. Ahmed Mohamed Al Thayyeb mengumumkan penawaran 100 beasiswa per tahun untuk pelajar/mahasiswa Indonesia dari semula 50 beasiswa," lanjut Menag.
Menag berharap, meski capaian hubungan bilateral kedua negara sudah sangat banyak, kiranya tidak cukup berpuas diri dengan pencapaian yang telah ada, mengingat masih terdapat berbagai peluang untuk bereksplorasi.
"Dengan semangat ini, kami mengundang sektor pemerintah dan swasta di kedua negara untuk bersama-sama meningkatkan kerja sama yang telah ada. Kami yakin, Indonesia dan Mesir akan terus melanjutkan pembentukan jalur baru bagi kerja sama yang saling menguntungkan bagi kedua pihak," ujar Menag mengakhiri sambutannya.
Sementara itu, Dubes Mesir untuk Indonesia Bahaaeldeen Baghat Ibrahim Dessouki dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas kerjasama Indonesia dan Mesir yang sudah terjalin kuat selama ini. Ia berharap, kerja sama ini terus ditingkatkan.
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016