"Jika ingin menyelesaikan terorisme di Indonesia secara utuh maka akar masalahnya, yaitu ekonomi dan sosial, harus diselesaikan lebih dulu," ujar Syafii pada Dialog Pencegahan Paham Radikal Terorisme dan ISIS bersama Muhammadiyah di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Kamis.
"Selama akar masalah itu tidak diselesaikan maka jangan mimpi terorisme di Indonesia bisa diselesaikan secara utuh," tambah Syafii seperti dikutip dalam siaran pers.
Buktinya, kata dia, sejak dulu tokoh teroris selalu muncul ke permukaan setelah tokoh lainnya tewas. Ia memperkirakan hal serupa akan terjadi pada kasus Santoso di Poso.
Ia menilai tindakan terorisme bertentangan dengan semua agama karena konsep pemahamannya beraliran konsep kematian. Artinya, tidak ada satu pun teroris yang tidak siap mati.
"Semuanya siap mati, apa pun kondisinya. Pemikiran inilah yang berbahaya dan merupakan sebuah kekeliruan dalam memahami agama Islam yang rahmatan lil alamin," katanya.
Ia mengungkapkan bahwa kelompok masyarakat miskin serta kehidupan sosialnya terisolasi akan mudah tertarik dengan pemikiran atau doktrin yang sesuai dengan kondisi mereka yang cenderung putus asa, ditambah mereka juga tidak paham masalah agama.
"Inilah yang menjadi tanggung jawab semua pihak untuk bersama-sama menyelesaikan masalah ini. Hal itulah yang menjadi konsen Muhammadiyah agar penyelesaian masalah terorisme dilakukan secara utuh sehingga sasaran yang diinginkan dapat dicapai," katanya.
Di tempat yang sama Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir menyatakan sepakat dengan pernyataan Syafii Maarif. Menurutnya hal inilah yang membuat BNPT terus memperkuat sinergi dengan PP Muhammadiyah dalam pencegahan terorisme.
"Tugas BNPT adalah mengajak masyarakat untuk melakukan aksi dalam mencegah penyebaran paham radikal terorisme. Sejauh ini kami sudah sejalan dengan Muhammadiyah. Soalnya kalau tidak, cepat atau lambat masyarakat kita akan terkena virus terorisme tersebut," katanya.
Ia berharap kerja sama BNPT dengan Muhammadiyah dan ormas lainnya seperti NU, serta lembaga pemerintah terkait bisa menjadi solusi untuk melakukan pencegahan paham radikal terorisme yang lebih baik ke depan.
Ia menilai radikal dalam berbagai pandangan tidak selamanya tidak baik, tetapi saat ini radikal itu dimanfaatkan kelompok prokekerasan untuk menyebarkan pahamnya, termasuk di dunia maya.
"Mereka (teroris) pandai melakukan propaganda di dunia maya. Di sisi lain, kami kewalahan melakukan perlawanan. Karena itu, kita harus bersinergi dalam menciptakan perdamaian di dunia maya untuk membentengi generasi muda dari propaganda kekerasan ini," kata dia.
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016