Kesuksesan rights issue memperlihatkan dukungan dari dua pemegang saham utama, yaitu Astra dan Standard Chartered, terhadap strategi bank untuk memperkuat cadangan modal sehingga Bank Permata dapat memiliki fondasi pertumbuhan yang kuat,"

Jakarta (ANTARA News) - PT Bank Permata Tbk mencatat rasio kecukupan modal (CAR) per akhir semester I 2016 mencapai 18,6 persen terutama didukung oleh langkah perusahaan melakukan "rights issue" atau hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) sebesar Rp5,5 triliun.

"Kesuksesan rights issue memperlihatkan dukungan dari dua pemegang saham utama, yaitu Astra dan Standard Chartered, terhadap strategi bank untuk memperkuat cadangan modal sehingga Bank Permata dapat memiliki fondasi pertumbuhan yang kuat," kata Direktur Utama Bank Permata Roy Arfandy dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

Bank Permata Tbk. mencatatkan rasio permodalan tertinggi sepanjang sejarah bank itu setelah sukses menggelar HMETD di penghujung periode triwulan yang berakhir 30 Juni 2016 (konsolidasi dan sebelum audit).

"Bank Permata telah sukses menyelesaikan proses rights issue sebesar Rp 5,5 triliun pada bulan Juni 2016 yang jumlah peminat porsi saham untuk publik melebihi kuota yang disediakan," kata Roy.

Ia menyebutkan dua pemegang saham utama, yaitu PT Astra International Tbk. (Astra) dan Standard Chartered Bank (Standard Chartered), pun mengambil seluruh porsi saham mereka tanpa perlu menjalankan komitmen yang telah disepakati sebelumnya untuk memberikan dukungan selaku pembeli cadangan.

Dengan selesainya rights issue tersebut, Bank Permata mengakhiri Semester I 2016 dengan rasio modal inti utama (Common Equity Tier 1 atau CET-1) sebesar 14,7 persen serta CAR sebesar 18,6 persen.

Rights issue yang dilakukan oleh Bank Permata merupakan bagian dari strategi komprehensif yang dilakukan perusahaan itu sejak 2015 untuk memperkuat fondasi pertumbuhan, terutama di tengah tekanan ekonomi makro yang masih berlanjut.

Di samping memperkuat modal, kebijakan tersebut juga mencakup meningkatkan kualitas aset, menumbuhkan aset secara selektif dan mengendalikan biaya-biaya.

"Dengan menjalankan kebijakan ini secara cermat dan hati-hati, Bank Permata dapat mempertahankan marjin, melakukan kontrol yang baik atas biaya-biaya operasional dan menjaga likuiditas tetap sehat. Hal ini akan memungkinkan kami untuk secara berangsur kembali menunjukkan performa yang kuat pada masa mendatang," kata Roy.

Menurut dia, mencerminkan posisi likuiditasnya yang kuat, aset likuid Bank Permata meningkat sebesar 32 persen (tahun ke tahun/yoy). Per akhir Juni, Bank Permata berhasil menjaga Loan to Deposit Ratio (LDR) secara konservatif di angka 86 persen.

Bank Permata juga terus memperbaiki struktur pendanaannya sehingga mencatatkan rasio CASA yang lebih kuat menjadi 42 persen dibanding tahun 2015 sebesar 35 persen.

Perolehan itu khususnya didorong oleh kesuksesan dalam menumbuhkan Giro dan Tabungan berturut-turut sebesar 22 persen dan delapan persen yoy melalui kombinasi program, yaitu penambahan fitur dan sinergi dengan kedua pemegang saham utama, Astra dan Standard Chartered.

Bank Permata mencatatkan kenaikan pendapatan berbasis biaya (fee-based income) sebesar 7,0 persen yoy, didorong oleh peningkatan pendapatan dari kinerja kegiatan "wealth management" dan treasury.

Di sisi lain, penurunan pinjaman yang tercatat sebesar 8,0 persen merupakan bagian dari upaya bank untuk fokus meningkatkan kualitas aset.

Menurut Roy, tekanan ekonomi makro masih terus memengaruhi kualitas aset Bank Permata dalam jangka pendek. Rasio NPL Gross dan Net masing-masing naik menjadi 4,6 persen dan 2,7 persen, didorong oleh penurunan kualitas kredit di rekening pinjaman komersial di berbagai sektor industri.

Menanggapi risiko itu, Bank Permata telah membukukan beban pencadangan kredit (impairment charge) yang jauh lebih tinggi.

Sementara menurut Direktur Keuangan Bank Permata Sandeep Jain, Bank Permata mencatatkan kenaikan beban pencadangan (provisions expense) sebesar 248 persen dari semester pertama 2015.

Sandeep juga menambahkan bahwa Laba Setelah Pajak dibukukan sebagai kerugian senilai Rp836 miliar.

"Hal ini telah diantisipasi sebelumya dan merupakan bagian dari langkah-langkah bank untuk meningkatkan kualitas aset. Bank Permata saat ini berada dalam posisi yang lebih kuat untuk mengelola risiko yang ada maupun yang mungkin terjadi," ujarnya.

Direktur Utama Permata Bank Roy Arfandy menambahkan bahwa pada tahun ini masih menjadi periode penuh tantangan bagi industri perbankan. Namun, langkah-langkah yang telah diambil akan memungkinkan bank melewati periode ini dengan baik.

Menurut dia, Bank Permata memiliki jaringan kantor cabang yang luas, kekuatan finansial inti, serta basis nasabah yang besar dan kuat.

Bank Permata akan terus beradaptasi dengan perubahan dan memperkuat posisinya untuk menangkap peluang-peluang pada masa depan.

"Kami berterima kasih kepada para pemangku kepentingan, terutama para nasabah, pemegang saham, dan pemegang saham utama Astra dan Standard Chartered, yang telah senantiasa memberi dukungan," kata Roy.

Pewarta: Agus Salim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016