Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis sore, bergerak menguat sebesar 38 poin menjadi Rp13.091 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.129 per dolar AS.
Analis pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova di Jakarta, Kamis mengatakan bahwa belum adanya sinyal kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat dalam Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) menjadi salah satu faktor yang menahan laju mata uang dolar AS sehingga mengalami depresiasi terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah.
"Hasil pertemuan FOMC memberi sinyal kenaikan suku bunga AS belum akan dilakukan dalam waktu dekat mengingat perekonomian global masih bervariasi," katanya.
Di sisi lain, ia menambahkan bahwa sentimen dari dalam negeri juga relatif masih positif pasca perombakan susunan Kabinet Kerja. Menteri-menteri yang baru dilantik menambah optimisme di kalangan pelaku pasar keuangan domestik bahwa perekonomian Indonesia dapat tumbuh lebih cepat.
Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra menambahkan bahwa data klaim pengangguran Amerika Serikat mingguan yang diekspektasi meningkat turut mempengaruhi laju dolar AS.
"Data yang sesuai ekspektasi dapat berdampak negatif bagi dolar AS," katanya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada hari Kamis mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.113 dibandingkan hari sebelumnya Rabu (27/7) Rp13.130.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016