Pekanbaru (ANTARA News) - Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Riau menggelar aksi unjuk rasa menuntut pemerintah mencabut dukungan terhadap Resolusi 1747 Dewan Keamanan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) yang memberikan sanksi Iran. Unjuk rasa tersebut dilakukan sekitar ratusan massa KAMMI di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Riau di Pekanbaru, Jumat. Massa menuntut DPRD Riau meminta DPR RI mendesak Pemerintah Pusat mencabut dukungan terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 1747 yang berisi penambahan sanksi bagi Iran atas program nuklirnya. Dalam orasinya mereka juga mendesak pemerintah meminta maaf kepada dunia Islam secara resmi, dan mendesak Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY) dan Wapres Jusuf Kalla (JK) meminta maaf secara pribadi sebagai pemimpin bangsa. KAMMI juga mengajak masyarakat untuk bersama-sama ikut mendukung pengembangan nuklir Iran yang dinilai hanya untuk kepentingan damai. Menanggapi aksi demonstrasi tersebut, sejumlah anggota datang menemui para pengunjuk rasa diantaranya Ketua Komisi A Mastar, Ketua Komisi B Yulios dan Ketua Komisi D Helmi Burman. Ketua Komisi A, Mastar yang menjadi juru bicara anggota dewan dalam menanggapi aksi tersebut menyatakan bisa sependapat dengan para pengunjuk rasa walaupun meminta perubahan pernyataan sikap yang meyebutkan adanya mosi tidak percaya terhadap SBY-JK. Selain itu, ia juga mengatakan pihaknya akan melakukan pembahasan menganai hal tersebut dengan anggota DPRD lainnya dan akan menindaklanjutinya. Pada Sabtu (24/3) 15 anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa sepakat mensahkan resolusi berisi penambahan sanksi bagi Iran setelah Teheran menolak menghentikan pengayaan uraniumnya seperti dituntut resolusi sebelumnya. Resolusi nomor 1747 itu, yang disiapkan bersama-sama oleh Inggris, Prancis, dan Jerman, disahkan dalam sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa di markas besar PBB, New York. Indonesia merupakan salah satu yang mendukung Resolusi PBB No 1747 mengenai sanksi terhadap masalah nuklir Iran tersebut.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007