Jakarta (ANTARA News) - Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) menginginkan menteri perdagangan serta menteri perindustrian yang baru untuk dapat memperhatikan kondisi garam nasional dan memprioritaskan peningkatan kesejahteraan petambak garam di berbagai daerah.
"Ketidakterbukaan perizinan dan penetapan kuota impor garam tanpa memprioritaskan penyerapan garam lokal merugikan kepentingan petambak garam nasional," kata Sekjen Kiara Abdul Halim di Jakarta, Rabu.
Menurut Abdul Halim, hal tersebut seharusnya menjadi salah satu pekerjaan rumah yang harus segera dituntaskan oleh Enggartiasto Lukito, menteri perdagangan yang baru dilantik Presiden Joko Widodo.
Selain itu, ujar dia, impor garam yang merugikan kepentingan petambak garam nasional dinilai merupakan buntut pendataan yang semrawut dan hal ini menjadi tanggung jawab Kementerian Perindustrian.
Untuk itu, lanjutnya, upaya peningkatan kualitas garam lokal menjadi garam yang dipasarkan secara luas juga tidak dilakukan oleh Kementerian Perindustrian bersama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan.
"Hal ini menjadi pekerjaan rumah Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto," ucapnya.
Sebelumnya, masa produksi garam di Pantura Jabar pada tahun 2016 lebih pendek dibandingkan tahun 2015 yakni pada Bulan Juni hingga September.
"Masa produksi garam hanya tiga bulan, hal ini karena faktor musim kemarau basah, kami memprediksi musim produksi hanya Juni sampai September saja," kata Ketua Asosiasi Petani Garam Seluruh Indonesia (Apgasi) Jabar, M Taufik di Bandung, Kamis (30/6).
Hal itu berbeda dengan musim produksi garam tahun 2015 yang mencapai lima bulan karena kemarau dan dampak El Nino di kawasan itu.
Sebagaimana diwartakan, Himpunan Masyarakat Petani Garam (HMPG) Jawa Timur menggandeng pemerintah provinsi setempat untuk mengantisipasi dampak buruk cuaca La Nina agar meminimalkan kerugian dan tetap bisa hidup dengan makmur.
Ketua HMPG Jawa Timur M. Hasan di Surabaya, Selasa (26/7), mengatakan bahwa kerja sama yang dilakukan dengan Pemprov Jatim adalah dengan melakukan sosialisasi kepada petani tentang dampak La Nina terhadap produksi garam agar petani lebih waspada dan berpikir kreatif melakukan intensifikasi usaha, seperti dengan beternak atau memelihara ikan.
"Pada tahun ini, kami tidak bisa berharap banyak karena sampai saat ini hujan masih saja turun dengan deras. Menurut prakiraan BMKG hujan akan terus berlangsung hingga September 2016 yang disebabkan karena La Nina," kata Hasan.
Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016