Paris (ANTARA News) - Presiden Prancis Francois Hollande pada Selasa (26/7) menolak seruan oposisi untuk lebih memperkeras undang-undang anti-terorisme setelah serangan ekstremis kedua dalam dua pekan.
"Membatasi kebebasan kita tidak akan membuat perang melawan terorisme lebih efektif," katanya, menambahkan bahwa perubahan undang-undang yang sudah dilakukan telah cukup memberi otoritas "kapasitas untuk bertindak."
"Yang diinginkan para teroris adalah memecah kita, memisahkan kita, mencabik kita. Kita harus menghindarkan ini menjadi ajang saling bersaing, berargumen, penggabungan, kecurigaan," kata Hollande, yang berbicara setelah dua ekstremis menyerang gereja di Normandia dan menewaskan seorang pastor Katolik.
"Perang ini akan panjang. Demokrasi kita targetnya, dan ini akan menjadi perisai kita. Mari kita bersama. Kita akan memenangkan perang ini," katanya seperti dilansir kantor berita AFP.
Pendahulu Hollande sekaligus pemimpin oposisi Nicolas Sarkozy sebelumnya meminta pemerintah "secara menyeluruh mengubah... strategi serangan balasan."
"Musuh kita tidak punya tabu, batas, moral dan perbatasan," katanya, meminta pemerintah mengadopsi usul Partai Republik.
Oposisi ingin siapa pun yang diduga diradikalisasi ditahan dan terpidana teroris dicegah bebas dari penjara setelah menjalani hukuman jika mereka masih dianggap berbahaya.
Partai Republik juga ingin menghabiskan waktu di "tempat operasi teroris", seperti Suriah dan Irak, sebagai tindak pidana.
Kendati demikian mereka yang kembali dari berjihad sudah menghadapi tuntutan persekongkolan kriminal dengan teroris. (mu)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016