Kathmandu (ANTARA News) - Perdana Menteri Nepal K.P. Sharma Oli mengundurkan diri pada Minggu (24/7), beberapa saat sebelum menghadapi mosi tidak percaya di parlemen yang dia yakini bakal berujung pada kekalahan.
Pesaing politiknya, mantan pemberontak Maoist, menyerukan mosi tidak percaya terhadap Oli setelah mereka meninggalkan koalisi, menuding sang perdana menteri mengingkari kesepakatan sebelumnya dan menyusul kerusuhan mematikan atas undang-undang baru yang menimbulkan perpecahan.
"Saya memutuskan membuka jalan untuk memilih perdana menteri baru di parlemen ini dan menyerahkan pengunduran diri saya kepada presiden," kata Oli kepada anggota parlemen yang akan memberikan suara dalam mosi tidak percaya.
Dalam pidatonya, perdana menteri menuduh anggota parlemen saingan merusak pemerintahnya yang sudah berjalan selama sembilan bulan, yang menurut dia berusaha membangun kembali negara Himalaya tersebut setelah gempa bumi dahsyat pada tahun lalu.
"Saya prihatin bahwa langkah-langkah yang diambil didorong oleh keegoisan dan balas dendam (dan itu semua) akan menimbulkan dampak negatif berkepanjangan dan mengakibatkan ketidakstabilan di negara ini," katanya mengenai mosi tersebut, dalam pidato selama hampir dua jam.
Pengunduran diri Oli merupakan krisis terbaru yang dihadapi Nepal yang sedang berjuang melakukan pembangunan kembali setelah gempa bumi pada April tahun lalu, menelan hampir 9.000 korban jiwa.
Mantan pemberontak dan oposisi utama Partai Kongres Nepal mengatakan mereka akan mencoba membentuk pemerintahan baru jika Oli kalah dalam mosi tersebut, dengan ketua Maoist Pushpa Kamal Dahal sebagai perdana menteri, demikian dikutip dari AFP. (mr)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016