Riyadh (ANTARA News) - Menlu Arab Saudi mengatakan bahwa Raja Abdullah telah menyebutkan kenyataan saat ia melukiskan Irak sebagai diduduki, kecaman yang telah mendorong Washington untuk minta klarifikasi dari sekutunya itu. Raja Saudi "tidak menyebut nama satu (negara pendudukan) khusus, tetapi mengatakan bahwa Irak telah diduduki", kata Pangeran Saud al-Faisal pada wartawan, Kamis. "Saya tidak tahu bagaimana sebuah negara di mana ada tentara yang tidak menguasai kebangsaannya dapat dilukiskan lain ketimbang sebagai diduduki," kata pangeran itu, seperti dikutip AFP. Raja Abdullah, Rabu, mengecam "pendudukan asing yang tidak sah" atas Irak, tempat pasukan pimpinan-AS telah menguasai sejak menyerbu pada 2003 untuk menjatuhkan Saddam Hussein. "Di Irak tercinta, darah ditumpahkan di antara saudara dalam bayangan pendudukan asing yang tidak sah, dan sektarianisme yang buruk mengancam perang saudara," kata raja dalam pidato pembukaan pertemuan puncak Arab di Riyadh. Pada masa lalu, para pemimpin Arab Saudi termasuk Pangeran Saud mengecam kebijakan AS di Irak, tetapi belum pernah melukiskan kehadirannya di negara itu sebagai "tidak sah". "Apakah (Irak) memilih untuk mengundang pasukan itu? Jika itu masalahnya, itu akan menjadi masalah yang berbeda. Setiap campur tangan militer tidaklah atas permintaan negara yang mengkhawatirkan hal itu merupakan definisi dari pendudukan," kata Saud pada konferensi pers pada akhir pertemuan puncak Arab tersebut. Raja Abdullah menyebut kenyataan, tambah Saud. Wakil Menlu AS, Nicholas Burns, mengatakan, Kamis, bahwa Washington terkejut pada komentar Abdullah itu dan telah minta klarifikasi. "Kami sedikit terkejut memeriksa ucapan mereka. Kami tidak setuju dengan mereka," kata Burns pada kongres, yang menambahkan bahwa kehadiran tentara di Irak disetujui oleh pemilihan tahunan di PBB. "Tak pelak lagi, kami akan minta klarifikasi," katanya. Riyadh adalah salah satu pendukung paling setia AS di Timur Tengah dan Burns mengatakan ia "yakin hal itu (penyataan) tidak akan mengganggu pekerjaan yang sangat baik yang kami lakukan bersama Arab Saudi dalam beberapa bulan belakangan ini". (*)

Copyright © ANTARA 2007