"Saya sudah memperhatikan, truk-truk pengangkut sapi sudah bergerak dari daerah sentra sapi menuju kota-kota besar terutama Jakarta dan sekitarnya," kata Andi Akmal dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.
Namun, lanjutnya, untuk pengangkutan antar pulau melalui kapal laut di berbagai daerah belum sempat dicek sehingga hal tersebut juga akan terus dipantau sebagai bentuk pengawasan.
Ia berpendapat bahwa belum berhasilnya pengelolaan sebaran daging sapi sesuai kebutuhan pada tiap wilayah di Indonesia, memicu gejolak harga daging yang tinggi pada daerah-daerah tertentu terutama Jabotabek.
Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu juga menjelaskan kekurangan stok pada daerah padat permintaan, membuat gejolak harga yang berpengaruh pada keresahan secara nasional.
"Situasi buruknya manejemen logistik daging telah banyak dimanfaatkan beberapa importir untuk mengklaim bahwa kebutuhan daging dalam negeri kurang," jelasnya.
Terkait dengan kebutuhan akan daging kambing, Akmal sangat yakin bahwa pemenuhan kebutuhannya dapat dengan mudah dipenuhi.
Namun, tegas Akmal, pemerintah masih harus tetap waspada terhadap segala kemungkinan terutama pada penyakit yang berbahaya yang dapat mengenai kambing-kambing hidup.
Keyakinan Akmal pada pemenuhan kebutuhan kambing sangat berdasar, karena sentra kambing banyak terdapat di Jawa Barat yang mampu memenuhi kebutuhan di tiga provinsi sekaligus yakni Jawa Barat, Banten dan Jakarta.
Karena dari jumlah populasi kambing atau domba di Jawa Barat, sebesar 10,6 juta ekor di Jawa Barat, hanya terserap 600 ribu hingga 1 juta ekor saja per tahun. Sedangkan untuk sapi hidup, Akmal memperkirakan, kebutuhan sapi lokal hidup pada saat Idul Adha dapat mencapai 200 ribu ekor hanya untuk kebutuhan Jabotabek.
Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016