Baghdad (ANTARA News) - Pembom jihad, Kamis, menewaskan lebih dari 100 orang di kawasan Syi'ah Baghdad dan kota berpenduduk sebagian besar Syi'ah di utara ibukota Irak itu di tengah berkecamuknya kekerasan aliran, kata polisi. Satu pembom jihad menewaskan sekitar 60 orang di pasar kabupaten Shaab, Baghdad utara, kata sumber polisi, dalam rangkaian serangan terhadap kota dan kebupaten Syiah. Sekitar sekitar waktu sama, tiga mobil bom bunuhdiri meledak masing-masing selang beberapa menit di Khalis, 80 kilometer utara Baghdad, menewaskan sekitar 50 orang dan mencedera sejumlah lain, kata polisi dan petugas rumahsakit, seperti dilaporkan Reuters. Ledakan itu menyusul peningkatan tajam pertumpahan darah antar-aliran, khususnya di luar ibukota Irak, yang menewaskan banyak orang. Irak dilanda kekerasan antara mayoritas Syi'ah dan minoritas Sunni, yang menewaskan puluhan ribu orang. Pada selasa, dua truk bom menewaskan 85 orang di Tal Afar, wilayah Syi'ah di Irak utara. Beberapa jam sesudah ledakan itu, kelompok Syi'ah bersenjata, termasuk polisi, menembak tewas sekitar 70 warga Arab Sunni sebagai balas dendam. Di Khalis, satu mobil bom meledak di daerah niaga dan yang kedua di pos pemeriksaan polisi ke arah markas besar polisi dan gedung pengadilan, kata polisi. Pembom ketiga menyerang ronda polisi, yang bergegas ke tempat kejadian tersebut. "Itu pemandangan mengerikan. Ada serpihan jasad dan potongan mayat di sana," kata polisi, yang berbicara dengan syarat tidak dikenali. Ia menyatakan 48 orang tewas akibat ledakan tersebut. Polisi kedua menyatakan lebih dari 50 orang tewas dan lebih dari 100 lagi cedera, sementara rumahsakit setempat menyetakan menerima 40 mayat. Dutabesar baru Amerika Serikat untuk Irak, Ryan Crocker dalam upacara sumpah jabatannya menyatakan "teroris, pemberontak dan kelompok bersenjata terus mengancam keamanan di Baghdad dan sekitarnya" dan menyebut Irak tantangan kebijakan luar negeri tergenting Amerika Serikat. Senat Amerika Serikat mengabaikan Presiden George W Bush dengan meloloskan rancangan undang-undang anggaran perang dengan menentukan jadwal penarikan seluruh pasukan tempur negara adidaya itu dari Irak dalam waktu setahun. Bush, yang mengancam memveto langkah itu, mengirim tambahan 30.000 tentara ke Irak, sebagian besar untuk mendukung gerakan besar penegakkan keamanan, yang masih berlangsung, di Baghdad, pusat kekerasan di negara terkoyak perang tersebut. Gerakan itu berhasil mengurangi kematian di ibukota Irak itu, tapi kekerasan meningkat di tempat lain. Partai Demokrat menyetujui aturan itu dengan suara 51 berbanding 47 di majelis tinggi Kongres dengan bantuan dua anggota partai Republikan. Bush menuduh Demokrat melakukan "sandiwara politik" dengan mencoba memaksanya bertanggungjawab atas Irak dan mencoba mengalihkan keputusan mereka untuk komandan Amerika Serikat di negara Timur Tengah itu. Sebagian besar dari 122 miliar dolar Amerika Serikat (sekitar satu biliun rupiah) anggaran dalam rancangan aturan Senat itu untuk membiayai gerakan tentara di Irak dan Afganistan. Bush memperingatkan bahwa dana untuk pasukan Amerika Serikat mulai habis pada 15 April dan menginginkan Kongres segera menyetujui anggaran itu tanpa kerangka waktu penarikan. (*)
Copyright © ANTARA 2007