Kuala Lumpur (ANTARA News) - Menteri Pertahanan Malaysia, Najib Razak membantah ia telah minta maaf pada timpalannya dari Indonesia karena insiden berkaitan dengan perbatasan bersama di lepas pantai Kalimantan. "Apapun itu, itu tidak terjadi...saya sendiri tidak minta maaf pada menteri pertahanan Indonesia," kata Najib, yang juga wakil perdana menteri, pada wartawan. Menteri Pertahanan Indonesia Juwono Sudarsono, Rabu, mengatakan Najib telah minta maaf setelah kapal perang dan pesawat Malaysia dilaporkan melintas ke perairan teritorial Indonesia awal bulan ini. Kapal dan pesawat itu dilaporkan telah melanggar batas dekat sebuah tempat eksplorasi minyak yang dikenal sebagai Blok Ambalat di lepas pantai Kalimantan, yang telah menjadi sumber ketegangan pada masa lalu. "Menhan Malaysia telah menyampaikan permintaan maafnya pada saya mengenai insiden Ambalat dan berjanji untuk memperingatkan bawahannya," kata Sudarsono. Namun Najib mengatakan ia telah berbicara dengan Sudarsono pada pertemuan para menteri pertahanan Asia Tenggara di Bali, Indonesia, pekan lalu mengenai penempaan "pengertian untuk menghindari insiden yang tak diinginkan". "Ia setuju bahwa kita harus menegakkan aturan perjanjian pada tingkat pemimpin militer dan juga di bawah," katanya. "Dalam kasus Ambalat, itu berarti bahwa orang yang memimpin kapal itu harus bertindak secara dewasa dan tidak emosional. Itulah yang kita setujui." Najib mengatakan kedua negara juga mencatat hubungan politik bilateral yang "sangat baik". "Karena itu tidak ada alasan bahwa insiden seperti Ambalat tidak dapat dibicarakan antara kedua negara yang memiliki hubungan yang baik," katanya. "Itulah semuanya. Jadi masalah permintaan maaf itu tidak muncul." Blok Ambalat telah menjadi sumber ketegangan pada masa lalu. Hubungan bilateral sedikit terpukul pada 2005 ketika kapal perang dari kedua belah pihak bersentuhan di tempat itu. Perselisihan lainnya mengenai kepemilikan dua pulau berakhir Desember 2002, ketika Mahkamah Internasional memutuskan kedua pulau itu, Sipadan dan Ligitan, milik Malaysia. (*)

Copyright © ANTARA 2007