Jakarta (ANTARA News) - Chrismansyah Rahadi yang populer dengan panggilan Chrisye meninggal dunia Jumat pagi ini pukul 04.00 WIB di kediaman, Jalan Asem II nomor 80, Cipete, Jakarta Selatan. Penyanyi legendaris yang telah mengeluarkan sekitar 28 album rekaman ini meninggal di usia 57 tahun akibat sakit kanker paru-paru yang dideritanya sejak lama. Manager pribadi Chrisye, Emil, menjelaskan Chrisye menghembuskan nafas terakhir di tengah semua anggota keluarga yang berkumpul untuk merelakan kepergian suami dan ayah dari empat anak itu. Jenasah Chrisye akan dikebumikan di Pemakaman Umum Jeruk Purut, Jakarta Selatan, setelah ibadah shalat Jumat siang ini. Kalangan dan pecinta musik Indonesia tentu merasakan kehilangan sang legenda yang bersuara lembut ini sebagai sosok yang sangat profesional di bidang musik dan sangat menghargai semua orang yang berada di sekitarnya. "Saya kehilangan seorang teman, guru, saudara yang sangat baik terhadap semua orang. Dunia musik Indonesia kehilangan seorang legenda yang sangat profesional, yang sangat menghargai jerih payah semua orang yang dekat dengannya," katanya. Chrisye, anak 2 dari 3 bersaudara laki-laki itu, menikah dengan G.F Damayanti Noor pada tahun 1982 dan mempunyai keturunan Rizkia Nurannisa (Anissa) lahir tahun 1983, Risti Nurraisa (Risty) lahir tahun 1986 dan anak lelaki kembar Rainda Prashatya (Pasha) & Randa Pramasya (Masha) yang lahir tahun 1989. Berangkat dari hobby bermain musik, Chrisye yang lahir di Jakarta, 16 September 1949 ini, merintis kariernya di dunia musik dengan bergabung dalam Band Sabda Nada di tahun 1968. Sebuah band yang berdiri pada 1966, dengan formasi awalnya adalah Ponco Sutowo, Gaury Nasution, Joe-Am, Eddy, Edit, Roland dan Keenan Nasution. Riwayat Sabda Nada tidak berumur panjang. Grup ini bermetamorfosis menjadi Gipsy pada 1969, seiring dengan perubahan para personelnya Gipsy awalnya digawangi oleh Gauri Nasution (gitar), Onan (kibor), Tammy (trumpet/sax), Keenan Nasution (drum), Atut Harahap (vokalis) dan Chrisye sebagai pemain bass. Mereka sempat menggelar "Gipsy Concert" di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada 1970, dengan bintang tamu Mus Mualim. Di tahun 1971, formasi personel band berubah. Kali ini dengan hadirnya Adji Bandi, Lulu dan Rully Djohan. Pada tahun yang sama, Gipsy terbang ke New York dan menjadi homeband di Ramayana Restaurant selama kurang lebih satu tahun (1971-1972). Masih di New York, Chrisye sempat bergabung dengan Band The Pro`s dengan para personelnya adalah Broery Marantika, Dimas Wahab, Pomo, Ronnie Makasutji dan Abadi Soesman. The Pro`s juga merupakan salah satu homeband yang mengisi acara di Ramayana Restaurant. Sekembalinya ke Indonesia, Chrisye bersama Gipsy berkolaborasi dengan Guruh Soekarno Putra, membuat album rock yang sangat luar biasa, bertajuk "Guruh Gipsy". Lewat album tersebut, mereka memadukan unsur-unsur tradisional gamelan Bali dan instrumen konvensional. Selepas mengerjakan album tersebut, pada 1977 Chrisye memutuskan untuk bersolo karier dan menghasilkan album-album rekaman dengan materi lagu-lagu yang ditulisnya sendiri maupun oleh teman-teman dekatnya. Tembang "Lilin-Lilin Kecil" karya James F Sundah dinyanyikannya dan memenangi Lomba Karya Cipta Lagu Remaja Prambors (LCLR) pada tahun itu, dan lagu ini sempat menjadi hit kembali, ketika direkam ulang oleh Chrisye pada 1992. Album Chrisye lain, Lilin-Lilin Kecil (1976), Jurang Pemisah (1977), Badai Pasti Berlalu (1978), Sabda Alam (1979), Percik Pesona (1980), Puspa Indah Taman Hati (1981), Pantulan Cinta (1983), Resesi (1983), Metropolitan (1984), Nona (1984), Sendiri (1985), Aku Cinta Dia (1985), Hip Hip Hura (1986), Nona Lisa (1987), Jumpa Pertama (1988), Hening, Kidung (1989), Pergilah Kasih (1992), Cintamu T`lah Berlalu (1993), Sendiri Lagi (1994), Kesan Dimatamu (1996), AcoustiChrisye (1997), Kala Cinta Menggoda (1999) Badai Pasti Berlalu (Re-recorded). Lalu pada 2001 mengeluarkan album Konser Tur Legendary 2001, disusul album Dekade pada tahun 2002 lalu, dan album Senyawa pada 2004. Penghargaan Sejumlah penghargaan juga mengiringi karier Chrisye selama ini, antara lain Juara Pertama dalam ajang Enka Song Festival pada 1986 yang diadakan oleh Fuji TV, Tokyo, Jepang. Pada 1990 Video Klip "Pergilah Kasih" menjadi Video Klip Indonesia Pertama yang ditayangkan di MTV Hongkong. Di tingkat nasional, sejumlah penghargaan diraihnya, seperti empat Piringan Emas untuk album, Sabda Alam (2 buah), Aku Cinta Dia, Lagu Cinta (sebagai pencipta lagu) yang dibawakan oleh Vina Panduwinata. Kemudian, empat Piringan Perak untuk album Hip Hip Hura, Resesi, Metropolitan dan Sendiri. Video Klip Sendiri Lagi juga terpilih sebagai Video Klip Favorit dan Terbaik, pada episode Video Musik Indonesia, episode ke-5. Selain itu, lima dari delapan belas album solo yang telah dirilisnya berhasil mendapatkan penghargaan musik paling bergengsi di Indonesia yang diadakan oleh perusahaan yang memproduksi pita kaset, HDX dan BASF. Diantaranya album Aku Cinta Dia, Hip Hip Hura, Kisah Cintaku, Pergilah Kasih, dan Cintaku T`lah Berlalu. Sedangkan sebuah tembang yang diciptakan Chrisye dan diberi judul "Lagu Cinta", yang dibawakan oleh Vina Panduwinata berhasil mendapat penghargaan sebagai Lagu Terbaik oleh BASF. Tahun 1995, BASF Award menyerahkan penghargaan BASF Legend Award kepada Chrisye atas pengabdiannya terhadap musik Indonesia selama ini. Selain mencatat sebagai penyanyi pop yang sangat sukses, Chrisye juga tercatat sebagai pencipta lagu. Ada lebih dari 80 lagu ciptaannya. Karena begitu banyak dan sudah lama, Chrisye tak begitu dapat mengingatnya. Yang pasti, beberapa lagu ciptaan Chrisye menjadi hit dibawakan oleh antara lain: Vina Panduwinata, Tika Bisono, Andi M. Matalatta, Utha Likumahua. Pada 1981 Chrisye pernah ikut berakting dalam sebuah film berjudul Seindah Rembulan. (*)
Copyright © ANTARA 2007