Jakarta (ANTARA News) - Permintaan layanan video streaming yang ditawarkan para penyedia konten ternyata belum banyak diminati pengguna telepon genggam berbasis 3G meski demikian para penyedia konten tetap optimistis layanan ini akan semakin berkembang mengikuti pertumbuhan pelanggan 3G. CEO M-STARS Joseph Edi Hut Lumban Gaol kepada pers di sela seminar soal teknologi yang digelar Ericsson di Jakarta, Kamis, mengatakan tahun ini diperkirakan layanan video streaming akan semakin meningkat seiring dengan semakin banyaknya pelanggan 3G. Namun berapa peningkatannya, Edi mengatakan, belum mengetahui pertumbuhannya. Meski demikian ia optimistis layanan ini untuk jangka panjang bakal menjadi salah satu primadona dari para penyedia konten. Di M-STARS sendiri, lanjutnya, layanan ini belum memperlihatkan pertumbuhan signifikan dan kalah jauh dengan konten musik yang lalu lintasnya bisa mencapai 30 hingga 35 persen dari seluruh layanan yang disediakan. Namun seiring dengan semakin murahnya harga "handset" 3G dan juga tarif yang ditawarkan operator, maka layanan video straming dan juga layanan berbasis 3G lainnya akan semakin ramai. Potensi bisnis konten, menurut dia, sangat besar yaitu berdasar kepada jumlah pengguna telepon genggam di tanah air yang mencapai sekitar 60 juta orang. Mengenai angka atau transaksi konten, ia belum bisa memberikan perkiraannya namun dengan mengambil sekitar setengah persen saja dari pengguna HP yang memanfaatkan konten sedikitnya sekitar Rp500 juta uang yang bisa dihasilkan. Angka Rp500 juta itu bergantung pada asumsi harga sebuah konten sebesar Rp2.000. Layanan ke depan yang bakal dikembangkan oleh penyedia konten, katanya, adalah layanan iklan melalui telepon genggam. Pihak M-STARS saat ini sudah menyiapkan platform untuk layanan tersebut yang diperkirakan akan siap dimanfaatkan pada kuartal keempat tahun ini. Edi optimistis layanan yang dikenal dengan istilah Ad-Funded Mobile Entertainment (AFME) yaitu layanan konten yang dibiayai oleh iklan akan memperoleh sambutan besar mengingat sudah semakin "ramai"-nya media tradisional. "Pemasang iklan cenderung mencari media-media baru," katanya. Beberapa perusahaan, menurut dia, sudah tertarik untuk mengiklankan produknya melalui HP namun hal itu belum dapat direalisasikan selain karena platform-nya yang belum siap dan juga untuk menghindari "spamming". Jika layanan ini berhasil, lanjutnya, bukan tidak mungkin para pengguna HP bisa memperoleh layanan konten gratis karena adanya iklan. "Konsepnya sama dengan televisi, penonton memperoleh konten baik berita atau pun lainnya secara gratis karena ada iklan," katanya.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007