Chicago (ANTARA News) - Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir turun tajam pada Rabu (Kamis pagi WIB), karena dolar AS yang lebih kuat dan reli ekuitas AS memberikan tekanan pada logam mulia.
Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Agustus turun 13 dolar AS, atau 0,98 persen, menjadi menetap di 1.319,30 dolar AS per ounce.
Indeks dolar AS naik 0,14 persen menjadi 97,18 pada pukul 19.00 GMT. Indeks adalah ukuran dari dolar terhadap sekeranjang mata uang utama.
Emas dan dolar biasanya bergerak berlawanan arah, yang berarti jika dolar naik maka emas berjangka akan jatuh karena emas yang diukur dengan dolar menjadi lebih mahal bagi investor.
Penguatan ekuitas AS juga menempatkan tekanan pada logam mulia, karena Dow Jones Industrial Average AS naik 46 poin atau 0,25 persen pada pukul 19.00 GMT.
Para analis mencatat bahwa ketika ekuitas membukukan kerugian maka logam mulia biasanya naik, karena investor mencari tempat yang aman, sebaliknya ketika ekuitas AS membukukan keuntungan maka logam mulia biasanya turun.
Pedagang sedang menunggu rilis laporan klaim pengangguran mingguan, Survei Prospek Bisnis Fed Philadelphia, laporan penjualan "existing home" pada Kamis, dan Indeks Manufaktur PMI pada Jumat.
Para investor percaya bahwa Fed akan menunda kenaikan suku bunga yang sebelumnya diperkirakan pada Juli sampai 2017. Risalah pertemuan Fed sebelumnya menyebabkan para pedagang percaya bahwa Fed akan menaikkan suku bunga 0,50 persen menjadi 0,75 persen selama pertemuan FOMC Desember.
Menurut alat Fedwatch CMEGroup, probabilitas tersirat saat ini untuk kenaikan suku bunga dari 0,50 persen ke 0,75 persen adalah pada nol persen untuk pertemuan Juli, 25 persen pada pertemuan September, 26 persen pada pertemuan November, dan 51 persen pada pertemuan Desember.
Perak untuk pengiriman September turun 39,4 sen, atau 1,97 persen, menjadi ditutup pada 19,613 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober turun 7,1 dolar AS, atau 0,65 persen, menjadi ditutup pada 1.091,50 dolar AS per ounce, demikian Xinhua.
(T.A026)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016