Jakarta (ANTARA News) - Pengamat telekomunikasi, Kamilov Sagala, mempertanyakan komitmen investor asing di sektor telekomunikasi dalam membangun jaringan backbone pita lebar di Indonesia, menyusul kegagalan konsorsium Indosat-Alita-XL dalam tender Palapa Ring Paket Timur yang digelar belum lama ini.

"Tender Palapa Ring Paket Timur saja sudah gagal, bagaimana bisa meminta dukungan kontribusi mereka (konsorsium) dalam mengembangkan industri telekomunikasi nasional," kata Sagala, yang juga Direktur Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Informasi, di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, panitia Pengadaan Badan Usaha Pelaksana Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Jaringan Tulang Punggung Serat Optik Nasional Palapa Ring Paket Timur telah mengumumkan Konsorsium Moratelindo-IBS-Smart Telecom sebagai pemenang tender itu.

Konsorsium yang anggotanya terafiliasi dengan Grup Sinar Mas ini berhasil mengalahkan Konsorsium XL-Indosat-Alita dengan nilai 85,98 dengan finansial total pengajuan Rp14 triliun.

"Soal pendanaan kalau melihat paket barat dan tengah, itu dibantu mencari pinjaman. Jadi, kalau saya lihat ini yang kurang komitmen investasi dari pemegang saham di konsorsium itu untuk bertarung membangun jaringan di Indonesia bagian timur," katanya.

Seperti diketahui, Axiata dari Malaysia memiliki 66,4 persen saham XL dan Ooredoo menguasai sekitar 65 persen saham Indosat.

Sementara itu, Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi ITB, M Ridwan Effendi menyayangkan konsorsium Indosat-Alita-XL Axiata tak bertarung habis-habisan karena tidak melengkapi syarat administrasi, sehingga didiskualifikasi oleh panitia lelang.

"Harusnya konsorsium itu memperbaiki kegagalan saat tender Desa Berdering atau gagalnya konsorsium Palapa Ring beberapa tahun lalu. Seharusnya mereka berkomitmen dalam memotong kesenjangan informasi di NKRI," ujarnya.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Nasional Telekomunikasi (Apnatel), Triana Mulyatsa, menjelaskan, dalam menggelar jaringan ke pelanggan tidak hanya harus kuat di sisi akses, tetapi juga backbone dan transmisi.

"Kondisi geografis Indonesia di bagian timur memang penuh tantangan, dan itu menjadi ujian bagi komitmen operator untuk memenuhi lisensi nasional yang dimilikinya. Kalau ada operator yang bangun di Indonesia bagian timur, seharusnya mendapat apresiasi dari pemerintah," ujar Mulyatsa.

Dalam catatan, saat ini Telkom grup membentangkan backbone serat optik di bumi nusantara sepanjang 81.831 Km dari Sabang hingga Merauke.

XL Axiata memiliki serat optik tidak kurang dari 40.000 km, yang meliputi hampir seluruh wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Sulawesi, dan Kalimantan.

Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016