Muara Teweh (ANTARA News) - Bandar Udara Haji Muhammad Sidik di Desa Trinsing, Kecamatan Teweh Selatan, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah yang ditargetkan Kementerian Perhubungan bisa beroperasi tahun ini, diperkirakan bakal mundur dari jadwal.
"Kalau melihat kondisi di lapangan saat ini dan kegiatan pembangunan bandara baru itu kemungkinan besar gagal dioperasikan akhir tahun 2016," kata Petugas Bangunan dan Landasan pada Bandara Beringin Muara Teweh, Suriansyah, di Muara Teweh, Rabu.
Menurut Suriansyah, kegiatan pembangunan bandara melalui dana APBN tahun 2016 ini hanya tiga kegiatan yakni Grubbing yakni perataan , penggusuran dan timbunan tanah, kemudian pembangunan ground tank yaitu tempat penampungan air untuk keperluan pemadam kebakaran serta pembuatan papan nama bandara baru.
"Saya tidak tahu pasti secara detail kegiatan untuk pembangunan lainnya bandara baru ini," ujarnya.
Sementara Kasubsi Keselamatan Penerbangan Bandara Beringin Muara Teweh, Mamad kepada wartawan mengatakan sebelum dioperasikannya seluruh fasilitas pendukung harus dibangun. Baik itu terminal keberangkatan penumpang hingga menara pemantau. Hal tersebut sesuai dengan standar yang dimilik setiap bandarara agar dapat beroperasi.
"Saat ini fasilitas pendukung bandara masih memerlukan dana untuk dilakukan penyempurnaan. Seperti ruang tunggu penumpang juga menara. Untuk ruang tunggu penumpang atau terminal akan dibangun pada tahun 2017," katanya.
Terkait menara atau tower pemantau sudah dilakukan survei oleh tim dari pusat selama dua hari untuk melakukan kajian. Sedangkan pembangunannya juga dilakukan oleh mereka melalui dana pusat.
Saat ini panjang landasan pacu bandara baru Desa Trinsing mencapai 1.400 meter dimana sudah siap dilakukan pendaratan pesawat. Hanya saja belum bisa dioperasikan karena masih mengalami penambahan.
Bahkan sebelum pembangunan dilakukan sudah beberapa maskapai penerbangan sebelum pembangunan dilakukan sudah beberapa maskapai penerbangan menawarkan diri dengan mengajukan proposal untuk bekerja sama dalam mengangkut penumpang.
"Jadi mereka menawarkan dalam bentuk proposal pada kita, tapi untuk sementara kita juga tidak bisa memastikan karena pembangunan fasilitas bandara saja belum selesai," katanya.
Pihaknya berharap dengan selesainya pada akhir tahun 2017 nanti, pada 2018 sudah bisa operasi dengan mengangkut penumpang terutama dari Muara Teweh ke Palangkaraya hingga Banjarmasin. Sedangkan untuk luar pulau, nantinya akan diatur sesuai dengan kesepakatan.
"Kita mengharapkan setelah bandara difungsionalkan nantinya dapat mempermudah askes warga Muara Teweh yang akan bepergian ke luar kota dan dapat meningkatkan perekonomian warga sekitar," ujar Mamad.
Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Barito Utara Iwan Fikri mengakui pengoperasian bandara diperkirakan batal akhir tahun ini.
"Padahal pihak Kementerian Perhubungan sudah menjanjikan akhir tahun 2016 nanti bandara sudah beroperasi meski belum selesai 100 persen," kata Iwan.
Menurut Iwan, pihaknya belum lama ini telah bertemu Kementerian Perhubungan di Jakarta untuk penyerahan berkas aset Bandara Haji Muhammad Sidik dan pembahasan usulan APBN Perubahan 2016 untuk pembangunan Bandara melalui APBN.
Proyek pembangunan bandara itu antara lain pembersihan lahan, rencana tata ruang bandara, pintu gerbang, plang nama bandara dan lampu-lampu bandara, sedangkan melalui APBN Perubahan pada Mei 2016 nanti pembangunan apron/terminal, penyelesaian landasan pacu, pemotongan (lahan yang tinggi dan kelengkapan navigasi.
"Pembangunan bandara ini ditargetkan selesai keseluruhan pada tahun depan, karena target Presiden Jokowi tahun 2017/2018 harus sudah selesai dan akan diresmikan oleh Presiden, janji pihak kementerian saat pertemuan itu," kata dia.
Iwan mengatakan untuk pembangunan bandara baru untuk menggantikan bandara lama Bandara Beringin Muara Teweh ini pada tahun 2016 ini melalui APBD kemungkinan hanya pembangunan lanjutan jalan dan pagar menuju bandara oleh Dinas Pekerjaan Umum Barito Utara.
"Kalo dari kami (Dinas Perhubunga) tahun ini tidak ada alokasi untuk kegiatan pembangunan bandara tersebut," ujarnya.
Bandara baru itu berada di lahan seluas 180 hektare dan rencana kedepannya memiliki panjang landasan 2.250 meter dan lebar landasan pacu seluas 30 meter.
Beroperasinya bandara baru tersebut nantinya diharapkan akan membuka akses jalur udara guna menghubungkan Kota Muara Teweh ke beberapa kota besar di Indonesia sebab bandara ini nantinya akan menjadi bandara nasional.
"Namun karena lambat rampungnya pembangunan bandara kita ini membuat Menteri Perhubungan Ignasius Jonan infonya mencopot salah satu pejabatnya," ungkap Iwan.
Pewarta: Kasriadi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016