Jakarta (ANTARA News) - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) terus menggalang kekuatan ulama dari dalam dan luar negeri untuk melawan radikalisme dan terorisme.
Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini di Jakarta, Rabu, mengatakan pemikiran radikal yang mengkafirkan orang lain bahkan sampai menghilangkan nyawa manusia lainnya tidak bisa diterima dalam Islam.
"Karena agama Islam itu menjunjung tinggi kemanusiaan, sementara yang dilakukan kelompok teroris itu menistakan kemanusiaan. Bom bunuh diri itu juga bukan bagian dari jihad, tetapi sesat," katanya.
Helmy mengatakan bahwa perang melawan radikalisme dan terorisme bukanlah sesuatu yang main-main dan membutuhkan peran banyak pihak, termasuk ulama.
Kekuatan bersama dalam menciptakan perdamaian dan menangkal setiap aksi terorisme diharapkan bisa efektif menangkal ancaman-ancaman yang dilontarkan kelompok radikal-teroris.
Pernyataan ini sekaligus menanggapi video ancaman ISIS di dunia maya untuk menyerang negara-negara Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Filipina, yang dinilai bukan ancaman main-main mengingat di ASEAN banyak pengikut dan simpatisan ISIS.
PBNU akan terus menggalang kekuatan terutama dengan negara-negara yang hadir di International Summit of Moderate Islamic Leaders (ISOMIL) di Jakarta pada Mei lalu.
Beberapa negara yang mengirim perwakilannya ke ISOMIL antara lain Sudan, Libia, Aljazair, India, Rusia, Maroko, Thailand, Inggris, Senegal, Lithuania, Spanyol, Yunani, Korea Selatan, Jordania, Pakistan, Malaysia, Tunisia, Arab Saudi.
"Kami ingin Indonesia menjadi penggerak sekaligus pelopor bagi perdamaian di dunia," ujar Helmy yang juga mantan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal.
Menurut dia, para ulama di Indonesia saat ini sedang mengembangkan tiga macam pesaudaraan (ukhuwah), yaitu persaudaraan antarumat Islam, persaudaraan antarwarga bangsa, dan persaudaraan antarumat manusia.
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016