"Pokemon Go itu bagian dari teknologi yang menjadi mode. Memang tidak bisa dihindari, namun bisa dikendalikan. Pengendalian bisa dari eksternal dan internal," katanya, di Semarang, Selasa malam.
Warga Semarang juga tertular demam Pokemon ini. Di mana-mana mudah ditemukan orang bertelefon cerdas berjalan-jalan dan fokus pada perangkat elektronikanya itu. Mereka tengah bermain Pokemon.
Menurut Tjondronegoro, pengendalian secara eksternal biasanya oleh institusi atau tempat kerja yang melarang jajaran karyawan dan pegawainya untuk memainkan Pokemon Go selama jam kerja.
"Kan sudah beberapa institusi saya lihat menerapkan seperti itu. Itu rem eksternal. Namun, yang paling penting itu rem internal, yakni diri kita sendiri. Bagaimana kita mengendalikan diri," katanya.
Ia menjelaskan kecenderungan yang terjadi sekarang ini secara tidak sadar justru manusia yang dikendalikan oleh permainan Pokemon Go itu, bukan manusia yang mengendalikan permainan itu.
"Bukan Pokemon Go yang memainkan kita, namun justru kita yang seharusnya mengendalikan permainan itu. Jadi, istilah Jawanya ngerti wayah (tahu waktu). Kapan saatnya kita harus berhenti," katanya.
"Kan sudah beberapa institusi saya lihat menerapkan seperti itu. Itu rem eksternal. Namun, yang paling penting itu rem internal, yakni diri kita sendiri. Bagaimana kita mengendalikan diri," katanya.
Ia menjelaskan kecenderungan yang terjadi sekarang ini secara tidak sadar justru manusia yang dikendalikan oleh permainan Pokemon Go itu, bukan manusia yang mengendalikan permainan itu.
"Bukan Pokemon Go yang memainkan kita, namun justru kita yang seharusnya mengendalikan permainan itu. Jadi, istilah Jawanya ngerti wayah (tahu waktu). Kapan saatnya kita harus berhenti," katanya.
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016