Kepada komunitas internasional, kematian Santoso merupakan pesan sekaligus bukti tentang konsistensi Indonesia mengeliminasi jaringan teroris di dalam negeri,"
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Komisi III DPR, Bambang Soesatyo mengatakan kematian pimpinan Mujahadin Indonesia Timur, Abu Wardah atau Santoso dalam operasi Tinombala membuktikan konsistensi Indonesia mengeliminasi jaringan teroris di dalam negeri.
"Kepada komunitas internasional, kematian Santoso merupakan pesan sekaligus bukti tentang konsistensi Indonesia mengeliminasi jaringan teroris di dalam negeri," katanya di Jakarta, Selasa.
Bambang mengatakan, tewasnya Santoso dan Basri merupakan buah dari kerja keras duet Tito Karnavian dan Budi Gunawan sebagai petinggi Polri yang baru dan kerjasama yang baik dengan TNI.
Dia memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Satgas Tinombala gabungan TNI dan Kepolisian RI karena siang-malam prajurit TNI dan Polri memburu Santoso dan anggota MIT lainnya di medan berat di Pegunungan Biru di Tambarana, Poso Pesisir Utara, Poso, Sulawesi Tengah.
"Keberhasilan menyergap dan menewaskan Santoso mencerminkan kerja keras Polri dan TNI, karena perburuan Santoso dan kelompoknya sudah berlangsung sejak lama. Perburuan besar-besar dimulai dengan menerjunkan pasukan dalam Operasi Camar Maleo sejak 2015," ujarnya.
Politisi Partai Golkar itu menilai, tidak hanya satu kali, Operasi Camar Maleo bahkan berlangsung sampai operasi ke IV. Menurut dia, operasi perburuan itu dilanjutkan dengan mengganti sandi operasi menjadi Operasi Tinombala yang menggabung kekuatan prajurit TNI dan Polri.
"Tidak hanya mencerminkan kerja keras, semua proses dan tahapan itu menunjukkan konsistensi Indonesia dalam memerangi jarongan teroris di dalam negeri," katanya.
Bambang mengatakan, Kapolri Jenderal Tito Karnavian sudah memastikan bahwa Operasi Tinombal akan dilanjutkan untuk mengeliminasi para pengikut Santoso yang masih bersembunyi hutan.
Selain itu dia menilai, kematian Santoso setidaknya juga akan mengganjal rencana ISIS membangun basisnya di Asia Tenggara.
"Seperti diketahui, setelah menyatakan bergabung dengan ISIS, Santoso ingin menjadi kawasan hutan di Poso sebagai pusat latihan milisi bagi simpatisan ISIS," katanya.
Dia mengatakan, kematian Santoso dan Basri setidaknya akan menghambat upaya ISIS membangun basis kekuatannya di Asia Tenggara.
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016