Jakarta (ANTARA News) - Pengamat terorisme dan intelijen Wawan Purwanto meyakini kelompok-kelompok yang berjaringan dengan Santoso masih akan terus merekrut anggota baru walau Santoso, pemimpin tertinggi Mujahidin Indonesia Timur itu, sudah tewas.
"Mereka tidak akan berhenti merekrut anggota. Setelah markas di Poso, Sulawesi Tengah, sudah digempur habis-habisan, mereka bisa memindahkan basisnya ke Bima, NTB," ujar Wawan ketika berbincang dengan Antara di Jakarta, Selasa.
Pendiri Lembaga Pengembangan Kemandiriaan Nasional (LPKN) itu memperkirakan jaringan-jaringan Santoso tetap menyebar dan bergerak ke daerah-daerah seperti Surabaya, Lamongan, Solo, Cirebon, Sulawesi Selatan serta Kalimantan.
Selain itu, mereka juga akan terus mendapatkan simpatisan dari luar negeri, misalnya dari Suku Uighur, Tiongkok, dari Turki dan Filipina, terutama Filipina Selatan.
"Kelompok ini sudah menyatakan janji setia kepada ISIS," kata penulis buku "Terorisme Undercover" ini.
Oleh karena itu, Wawan meminta pemerintah terus waspada, melakukan pencegahan dengan operasi intelijen serta menyiagakan pasukan Densus 88.
Sebelumnya, Satgas Tinombala dari unsur Yonif 515 Kostrad melakukan baku tembak dengan lima kelompok bersenjata di Desa Tambarana, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Poso, Sulawesi Tengah pada Senin sore (18/7).
Dua anggota kelompok bersenjata yang diduga Santoso dan Muchtar tewas, sedangkan tiga lainnya yang diduga Basri dan dua perempuan melarikan diri.
Satgas Tinombala memperkirakan ada sekitar 19 orang lagi anggota kelompok Santoso yang tersisa, dimana tiga diantaranya adalah perempuan, yang masih terus dicari.
Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016