Riyadh (ANTARA News) - Turki akan meningkatkan kerjasama di bidang ekonomi, khususnya dalam perdagangan serta investasi di Indonesia, dan sebagai langkah awal kedua negara akan mengirim delegasi dagang, ujar Wakil Presiden Jusuf Kalla. Berbicara kepada wartawan setelah pertemuannya dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, di Hotel Four Season, Riyadh, Rabu malam (20:30 waktu Riyadh atau Kamis 01:05 WIB), Kalla mengatakan kerjasama menjadi perhatian dari Presiden Turki yang ingin meningkatkan hubungan ekonomi dengan Indonesia. Turki melihat Indonesia merupakan pasar yang potensial, mengingat penduduknya yang juga paling banyak di Asia Tenggara dan di era globalisasi ini kerjasama ekonomi memegang peran penting dalam usaha untuk meningkat ekonomi, tambahnya. Ada pun teknis peningkatan kerjasama ekonomi akan dibicarakan pada kunjungan delegasi dagang kedua negara nanti, tegasnya. "Selain itu, kami juga membicarakan masalah politik di Timteng yang terjadi sekarang. Turki sendiri merasa dampak dari keadaan politik dari negara tetangganya, Irak," tegas Kalla. Kekacauan yang terjadi Irak yang berbatasan lansung dengan Turki juga memberi dampak negatif dari aspek keamanan terhadap negara itu dan belum lagi aspek lainnya. Untuk tujuan itulah, Turki berencana akan mengadakan konferensi mengenai Irak yang pada intinya mengajak semua negara, termasuk juga Indonesia, agar memberikan sumbangsih pemikiran dalam mencari jalan keluar terhadap krisis yang terjadi di Irak. Selanjutnya Turki juga setuju terhadap rencana Indonesia yang menginginkan peranan Uni Eropa yang lebih dominan ketimbang Amerika Serikat dalam mencari penyelesaian terhadap konflik Palestina-Israel. Keikutsertan Uni Eropa yang ditawarkan Indonesia merupakan alternatif konkret, ujar Wapres, seraya menambahkan Indonesia hanya menginginkan penyelesaian damai antara Palestina sendiri. Faksi Hamas dan Fatah perlu menciptakan suatu sistem politik yang lebih jelas diantara mereka sendiri. Dalam kerangka Indonesia, Wapres melihat bahwa semua negara negara Muslim harus mendesak Palestina untuk menerima perdamaian, tapi pada saat yang sama juga Indonesia akan mengusahakan kekuatan alternatif seperti Uni Eropa untuk melakukan tekanan kepada Israel agar mau menerima perdamaian yang selama ini peran tersebut dilakukan oleh Amerika Serikat. Selama ini, peranan dominan Amerika Serikat dalam menyelesaikan Timur Tengah tidak membuahkan hasil. Justru yang terjadi adalah kekacauan karena standar ganda negara adikuasa tersebut terhadap negara Timur Tengah. Akibatnya, usaha menciptakan perdamaian di Timur Tengah hanya tinggal mimpi saja, tegas Kalla. Ini usulan yang baru dari Indonesia yang secara informal sudah disampaikan Wapres kepada Uni Eropa, Kenya, Turki, Pakistan dan Malaysia serta beberapa negara lainnya. Konsep Indonesia yang menginginkan negara negara Islam menangani Palestina dan Uni Eropa mengatasi Israel terus digulirkan di luar KTT Liga Arab. Jadi harus ada kekuatan multilateral lain, selain Amerika, untuk menjadi alternatif perdamaian di Timteng. (*)
Copyright © ANTARA 2007