Jakarta (ANTARA News) - Menko Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan mengonfirmasi bahwa dua jenazah gembong teroris yang tertembak dalam penyergapan di Desa Tambarana, Poso, Senin (18/7) sore, yakni Santoso dan Mukhtar.
Sebelumnya, pihak kepolisian menduga jenazah yang tertembak adalah Basri, bukan Mukhtar.
"Sudah terkonfirmasi (jenazah) Santoso dan satu lagi Mukhtar, tadinya kita pikir Basri," ujar Menkopolhukam di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, Mukhtar merupakan salah satu orang dekat yang menjadi tangan kanan Santoso.
Meskipun diprediksi kekuatan kelompok sipil bersenjata tersebut melemah pascakematian Santoso, Luhut menegaskan bahwa Satuan Tugas (Satgas) Operasi Tinombala akan terus melakukan pengejaran terhadap 19 anggota kelompok mujahidin Indonesia Timur pimpinan Santoso yang masih tersisa.
"Operasi pengejaran terus dilakukan karena sekarang tim (operasi Tinombala) malah diperbanyak (jumlahnya) untuk melakukan pengejaran," ujarnya.
Jenazah Santoso dan Mukhtar dilaporkan telah tiba di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sulawesi Tengah, Selasa siang, untuk diidentifikasi melalui proses pencocokan DNA dengan pihak keluarga.
Sementara itu, Kepala Satgas Operasi Tinombala, Kombes Pol Leo Bona Lubis, menuturkan bahwa Basri dan istrinya, serta istri Santoso diduga melarikan diri saat terjadi kontak senjata di Desa Tambarana.
Istri Santoso yang bernama Jumiatun Muslim alias Atun alias Bunga alias Umi Delima, merupakan salah satu dari tiga perempuan yang termasuk dalam 19 DPO kelompok sipil bersenjata tersebut.
Pewarta: Yashinta Difa
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016