Tahun lalu, Indonesia meraih hanya medali perak. Pejabat-pejabat di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyambut kedatangan tim Indonesia, di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Banten, Senin.
Tim Indonesia terdiri dari Michael Gilbert (medali emas), Edwin Aldrian Santoso (medali perak), Kevin Limanta (medali perak), Hugo Herdianto (medali perak), dan Raymond Ho (medali perak).
Tim Indonesia tersebut dipimpin Syamsu Rosid (Universitas Indonesia) dan Kamsul Abraha (Universitas Gadjah Mada).
Pada tahun ini, olimpiade tingkat dunia itu diikuti peserta dari 87 negara. Setiap negara mengirimkan tim yang terdiri dari lima peserta dan saingan terberat dari China.
Lomba dilakukan dalam dua gelombang, yakni fisika eksperimen dan fisika teori. Masing-masing berlangsung selama lima jam dan keduanya diselenggarakan di Kampus Irchel, Universitas Zurich.
Untuk soal tahun ini, topiknya merata yang terdiri dari konduktivitas listrik dua dimensi dan transisi fase dan ketidakstabilan material nonlinear untuk fisika eksperimen.
Sementara untuk fisika teori terdiri dari topik mekanika, elektronika dan fisika modern.
Pemerintah berkebijakan memberi beasiswa hingga S3 untuk peraih medali emas, S2 untuk meraih nilai perak dan S1 untuk meraih perunggu.
Sementara itu, Gilbert, menyatakan, "Ini akan menjadi pengalaman tak terlupakan bagi saya, ikut kejuaraan tingkat dunia dan bisa jalan-jalan ke luar negeri."
Siswa SMAK BPK Penabur Cirebon itu berlatih selama tiga bulan untuk kejuaraan internasional itu. "Latihan yang intens dan dukungan orang tua kunci suksesnya," kata siswa kelas X itu.
Sementara itu Limata bangga bisa ikut mengharumkan bangsa pada kejuaraan dunia tersebut. "Tahun lalu, saya mendapat medali perak tahun ini juga perak," kata siswa yang sudah diterima di Massachusetts Institute of Technology, Amerika Serikat, itu.
Dia sebelumnya juga meraih medali emas untuk Olimpiade Fisika tingkat Asia yang digelar di Hongkong.
"Kuncinya, menyenangi fisika dan tekun belajar, yang penting ada keinginan untuk terus belajar," saran Kevin yang merupakan lulusan SMA Intan Permata Hati Surabaya, Jawa Timur, itu.
Sementara itu, Gilbert, menyatakan, "Ini akan menjadi pengalaman tak terlupakan bagi saya, ikut kejuaraan tingkat dunia dan bisa jalan-jalan ke luar negeri."
Siswa SMAK BPK Penabur Cirebon itu berlatih selama tiga bulan untuk kejuaraan internasional itu. "Latihan yang intens dan dukungan orang tua kunci suksesnya," kata siswa kelas X itu.
Sementara itu Limata bangga bisa ikut mengharumkan bangsa pada kejuaraan dunia tersebut. "Tahun lalu, saya mendapat medali perak tahun ini juga perak," kata siswa yang sudah diterima di Massachusetts Institute of Technology, Amerika Serikat, itu.
Dia sebelumnya juga meraih medali emas untuk Olimpiade Fisika tingkat Asia yang digelar di Hongkong.
"Kuncinya, menyenangi fisika dan tekun belajar, yang penting ada keinginan untuk terus belajar," saran Kevin yang merupakan lulusan SMA Intan Permata Hati Surabaya, Jawa Timur, itu.
Pewarta: Indriani
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016