Jakarta (ANTARA News) - Penggunaan hak interpelasi DPR terkait dukungan RI terhadap resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB mengenai saksi kepada Iran hendaknya jangan dijadikan alat tawar-menawar (bargaining), apalagi untuk mencari jabatan di kabinet. Hal itu disampaikan Direktur Eksekutif Institute for Policy Studies Fadli Zon usai menemui Wakil Ketua DPR Soetardjo Soerjogoeritno di Gedung Parlemen di Senayan Jakarta, Rabu untuk menyerahkan kambing terkait dukungan RI kepada resolusi DK PBB. Fadli Zon menyatakan, apabila muara dari hak interpelasi itu adalah "bargaining position" atas jabatan-jabatan politik, maka rakyat akan sangat kecewa kepada parlemen. "Ini berbahaya bagi DPR. Gunakan moment ini untuk meraih kepercayaan publik, sehingga menjadi exercise politik yang sehat," katanya. Dia menambahkan agar DPR benar-benar memanfaatkan hakinterpelasi ini karena hak ini merupakan hak terendah dari DPR yang sudah 2,5 tahun tidak pernah digunakan. DPR memang pernah menggunakan hak interpelasi impor beras, tetapi justru dikandaskan sendiri oleh DPR. "Karena sudah beberapa kali gagal interpelasi, jadi pemerintah tidak pernah memberikan keterangan kepada DPR," katanya. Ketua Presidium Ikatan Cendiawan Muslim Indonesia (ICMI) Prof Dr Nanat Fatah Natsir menilai Pemerintah telah melanggar Pembukaan UUD 1945 dan Pasal 28C ayat (1) UUD 1945 dan pemerintah mendukung pengembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi untuk tujuan damai. Indonesia semestinya memainkan politik luar negeri yang bebas dan aktif. "Karena itu, ICMI kecewa dengan sikap pemerintah, padahal Presiden dan Ketua Parlemen Iran sudah datang ke Indonesia. Iran hanya mengembangkan nuklir untuk tujuan damai," katanya. Ketika ditanya soal apakah ICMI mendukung langkah DPR soal interpelasi ini, Muslimin Nasutiion yang juga Presidium ICMI mengatakan ICMI hanya mempertanyakan sikap pemerintah, tapi kalau langkah ICMI ternyata sejalan dengan DPR. Tentu DPR memliki mekanisme dan prosedur untuk meminta penjelasan pemerintah itu. "Tentu ada tahapan-tahapan soal interpelasi itu, ya mudah-mudahan saja berhasil," katanya.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007