Medan (ANTARA News)- Briket tandan kosong kelapa sawit yang memiliki nilai bakar standar bahan bakar yakni di atas 5000/kal/gr dapat dipakai sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah. Briket yang diteliti Arganda Mulia, mahasiswa program pasca sarjana teknik kimia Universitas Sumatera Utara (USU) itu telah memiliki syarat sebagai bahan bakar dan telah melewati pengujian kadar CO x, NO x dan SO x. Briket tandan kosong kelapa sawit ini didesain memiliki bentuk selinder mirip kaleng susu, berwarna hitam dengan ketinggian rata-rata 8 Cm, kata Arganda Mulia kepada ANTARA News di Medan, Rabu. Dikatakannya, briket ini diolah dari serbuk-serbuk tandan kelapa sawit yang telah dihaluskan, dicetak di suatu percetakan dengan bantuan perekat organik yang memperkuat ikatan-ikatan antarmolekul serbuk briket. Kemudian briket dikeringkan agar permukaan briket menjadi lebih kuat, ujarnya. Sebagai bahan bakar, faktor keamanan bagi lingkungan turut diperhatikan. Menurut dia, briket tandan kelapa sawit ini telah melewati beberapa pengujian standar yang biasa dilakukan terhadap bahan bakar umumnya. Misalnya pengujian kadar gas nitrogen, kadar karbon monoksida, kadar gas sulfur dan hasil yang diperoleh masih dalam batas ambang kewajaran yang aman bagi lingkungan, katanya. Selain itu dia juga mengatakan, faktor ekonomis benar-benar menjadi pertimbangan dalam pemilihan bahan baku briket. Briket juga dapat dibuat dari sampah, rumput, ilalang, cangkang kelapa sawit dan masih banyak bahan-bahan organik lainnya yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar briket terutama yang merupakan bahan organik. Dikatakannya, briket tandan kelapa sawit ini masih dalam pengembangan skala laboratorium. Meskipun demikian, apabila pemerintah serius mensosialisasikan briket tandan kelapa sawit ini, produksi secara industri dapat terwujud dan kebutuhan pasok energi pengganti minyak dapat dikurangi. Harga briket ini juga relatif lebih murah dibanding minyak tanah, meskipun briket tandan kelapa sawit ini belum dipasarkan secara bebas dan diperjual belikan secara komersial. Namun usaha ke sana terus dilakukan mengingat pertimbangan semakin berkurangnya sumber-sumber energi pada masa depan. Sehubungan itu perlu kerja keras untuk menemukan sumber-sumber energi baru untuk generasi penerus bangsa. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007