"Karena ada guncangan akibat ombak, maka dia langsung merasakan sakit dan mengatakan akan melahirkan. Alhamdulillah ia melahirkan secara selamat setelah dibantu bidan," kata Tety Lase, saudara Yani, di Pelabuhan Singkil, Kamis.
Ia menjelaskan, saat berangkat dari Pelabuhan Singkil pada pukul 22.00 WIB Rabu (13/7), cuaca baik-baik saja. Namun setelah dua jam pelayaran, angin yang disertai hujan pun turun membuat kapal yang ditumpangi mulai bergoyang.
Bahkan, katanya, kapal tersebut hampir terbalik karena dihantam ombak. Perairan di sana memang dalam dan terbuka, berhadapan langsung dengan Samudera Hindia.
Kapal akhirnya kembali ke Pelabuhan Singkil untuk menghindari musibah.
Menurutnya, kapal semakin goyang membuat Yani semakin merasa pusing di dalam kapal.
"Gara-gara badai itulah, dia jadi pusing dan merasa kesakitan seperti ingin keluar (melahirkan)," katanya.
Lanjutnya, sekira pukul 03.00 WIB, ia tidak bisa lagi menahan sakit, akhirnya ia melahirkan seorang anak perempuan dan dibantu seorang bidan yang juga ada dalam kapal penyeberangan itu.
Kemudian, setelah berhasil bersandar balik ke Singkil, ia langsung dibawa ke Puskesmas Singkil untuk diberi perawatan intensif.
Di sisi lain Syahbandar Pelabuhan Singkil, Sorgia Purba, kepada wartawan, mengatakan, "Sebelum berangkat cuaca bagusnya, makanya kita izinkan kapal ini berangkat menuju Nias."
Namun, cuaca saat itu memang sulit diprediksi. Mereka baru mengetahui cuaca buruk ketika sekira satu jam pelayaran kapal dari Pelabuhan Singkil. Kapal terpaksa cikar kanan lantaran tidak kuat melawan arus yang begitu kencang ditambah gelombang yang tinggi membuat kapal terguncang parah.
"Kapal dari Sibolga yang mau ke Nias juga balik ke Sibolga lagi, karena badai tadi," katanya.
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016