Jakarta (ANTARA News) - Orangtua yang anaknya diberi vaksin di RS Harapan Bunda mempertanyakan kejanggalan kuitansi tak resmi dari seorang suster di rumah sakit tersebut.


Intan Nugraha (26) mengaku pernah mendapat kuitansi pribadi dari seorang suster ketika anaknya divaksin pada April.


Ketika itu anaknya disuntik vaksin yang diakui sebagai stok pribadi dari suster karena persediaan di rumah sakit telah habis.


"Disuntik dulu, baru dikasih tahu vaksin dokter habis dan ini (vaksin) pribadi," kata Intan di RS Harapan Bunda, Jakarta Timur, Jumat.


Dia mengatakan, biasanya segala pembayaran diproses di kasir rumah sakit, tapi saat itu uangnya diserahkan langsung pada suster.


Ia membayar sejumlah Rp1.750.000 namun yang tertulis di kuitasi tulisan tangan dengan cap dokter itu hanya Rp750.000.


"Sejuta sisanya kata suster akan dia bayarkan ke kasir," kata Intan. Biasanya, Intan mendapat kuitansi asli berlogo resmi sebagai bukti bayar vaksin dari pihak rumah sakit.


Kejanggalan soal kuitansi terjadi ketika ia berhalangan mengantar anak untuk vaksinasi, sehingga tugas itu diserahkan pada sang nenek.


"Awalnya tidak diberi kuitansi, tapi saya ngotot by phone minta kuitansi," katanya. Ketika mendengar kabar vaksin palsu yang beredar di RS Harapan Bunda, ia mengumpulkan berbagai kuitansi pembayaran vaksin, baik yang resmi maupun nonresmi, ke rumah sakit untuk meminta kejelasan.


Pihak RS Harapan Bunda akan memberi pernyataan resmi pada pukul 13.00 WIB.

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016